J.P. Guilford
CIRI-CIRI KREATIVITAS (TRAITS OF CREATIVITY)
Ketika
beberapa waktu lalu penulis mempresentasikan hipotesis berkenaan dengan
komponen bakat (talenta) pendukung kreativitas (Guilford, 1950),
tiba-tiba ia kagum terhadap kenyataan meluasnya minat terhadap subyek
ini. Secara incidental, nampaknya minat ini lebih kuat datang dari luar
bidang psikologi dari pada dari dalam lingkungannya. Tidak diragukan
lagi, di negara ini, dan mungkin juga di negara lain, kebutuhan
meningkatkan kinerja kreatif dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak
tentang hakekat kreativitas itu sendiri. Boring (1950) menyarankan
bahwa minat/perhatian kuat yang tidak biasanya dalam subyek ini adalah
suatu aspek semangat waktu tertentu (Zeitgeist) kita. Simposium sekarang
ini adalah ekspresi tentang hal itu.
Penyebab munculnya Minat terhadap Kreativitas.
Jika
kita bertanya pada diri kita sebab-sebab bagi elemen ini dalam
Zeitgeist kita, spekulasi akan mengarah ke beberapa kesimpulan. Penyebab
paling urgent/mendesak adalah bahwa kita dalam perjuangan berat untuk
tetap bertahan dengan cara hidup kita di dunia ini. Aspek militer
perjuangan ini, dengan perjuangannya untuk mengembangkan persenjataan
serta strategi baru, telah memungkinkan meningkatnya temuan-temuan.
Ketika menemui jalan buntu dalam hal kesiapan militer, kita
diperhadapkan pada tantangan pada keseluruhan front intelektual, ilmiah
dan cultural termasuk juga ekonomi dan politik. Lagi pula, kita telah
terhindar dari kelesuan dan juga kepuasan kita dengan
perkembangan-perkembangan baru. Penyebab lain mungkin timbul akibat
kebosanan/kejenuhan. Terdapat suatu periode relative kebosanan/kejenuhan
sesudah suatu perang besar. Keletihan/kejenuhan juga merupakan penyakit
dalam indutri modern, ketika pria dan wanita butuh diperlakukan kurang
manusiawi.
Datangnya abad ruang angkasa merupakan kekuatan lain
pendukung perhatian terhadap kreativitas. Hal itu membutuhkan imajinasi
dan menuntut penyesuaian kembali terhadap lajunya akselerasi/percepatan.
Banyak penyesuaian yang kita upatakan adalah akselerasi kemajuan
teknologi, tetapi banyak juga yang tearah ke implikasi social kemajuan
itu.
Pendekatan Psikologis terhadap Kreativitas.
Kebutuhan-kebutuhan ini menemukan kekurang siapan psikologi. Beberapa
tahun lampau, seorang professor jurnalis datang kepada penulis
menanyakan apa yang diketahui para psikolog tentang berpikir kreatif.
Beliau berkeinginnan keras untuk mengembangkan bakat menulis kreatif
diantara mahasiswanya. Dengan sedikit memohon maaf, dirasa perlu
dikatakan kepadanya bahwa hampir tidak ada psikolog yang mengetahui
subyek itu.
Sebagian besar kelemahan dari segi psikologi ini dapat ditujukan kepada penerimaan secara umum model stimulus-responsnya
Pendekatan alternative lainnya adalah melalui penekanan pada konsep
trait (sifat). Sifat adalah milik (propêrty) individual dan itu
merupakan hasil penelitian dengan pendekatan yang menekankan ada
perbedaan individual. Suatu sifat adalah sesuatu yang membedakan antara
individu yang satu dengan individu lainnya. Karena itu minat para
psikolog menekankan pada arah sifat perilaku.
Cara yang paling dapat
dipertahankan untuk menemuikan konsep sifat yang dependen pada saat ini
adalah dengan analisis factor. Analisis faktor dimulai dengan informasi
berkaitan dengan variasi kinerja. Untuk mengatakan bahwa minat
berkaitan dengan penampilan akan keliru, karena penampilan yang
berinterkorelasi diteliti dan diperoleh dengan control eksperimen
terhadap situasi-situasi yang mendukungnya. Dengan berbagai jenis tes
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif kita akan tiba pada
interpretasi faktor yang lebih akurat. Informasi berkenaan dengan factor
sering digunakan sebagai informasi berkenaan dengan fungsi-fungsi dasar
psikologi.
Tujuan bab ini, pertama, memberi survey yang sangat
singkat ttg sifat-sifat utama yang diketahui yang dipercaya berkaitan
dengan kreativitas. Sifat-sifat utama diperoleh dengan analisis factor.
Survei itu akan meliputi sifat-sifat bakat (aptitude) maupun yang
non-bakat (non-aptitude), di antaranya sifat-sifat tempramen dan
motivasi. Kedua, paper itu akan menunjukkan apa yang nampaknya menjadi
tempat bakat untuk kreativitas dalam kerangka umum intelektual. Dengan
bertindak seperti itu, sejumlah prediksi akan dibuat berkenaan dengan
bakat-bakat yang tidak dapat diemukan untuk berpikir kreatif. Ketiga,
beberapa hubungan factor-faktor kreativitas dengan evaluasi kinerja
kreatif selain yang dikategorikan pada tes bakat (aptitude-test) akan
disebutkan, untuk menunjukkan bahwa faktor-faktor kreativitas memperoleh
dukungan dari sumber-sumber lain, termasuk evaluasi terhadap kinerja
dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri Utama Kreativitas
Status informasi kami berkenaan dengan cirri-ciri utama kreativitas
mungkin akan lebih bermakna disajikan dengan latar belakang beberapa
hipotesis yang dikembangkan untuk penelitian pada tahun 1950.
Bakat untuk Berpikir Kreatif
Guilford
(1950) meramalkan bahwa kita harus menemukan satu factor dengan
karakteristik sebagai suatu kemampuan untuk menemukan masalah; suatu
sensitivitas umum terhadap permasalahan. Sifat seperti itu ditemukan,
dan terbaik diindikasikan dengan tes yang menanyakan peserta test
mengemukakan kelemahan atau hambatan penerapan secara umum atau pada
lembaga social atau mengemukakan masalah yang tercipta oleh tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada umumnya. Faktor itu lebih diidentifikasi secara
logis sebagai bagian dari kategori umum kemampuan mengevaluasi
(Guilford, 1957a). Penyebabnya adalah bahwa kegiatannya pada hakekatnya
merupakan keputusan bahwa segala sesuatu belum selesai, tujuan-tujuan
belum tercapai; atau bahwa segala sesuatu yang diinginkan belum
tercapai. Keputusan tersebut tidak akan berperan konstruktif dalam
berpikir produktif, tapi tanpa langkah ini berpikir produktif tidak akan
dimulai.
Diasumsikan bahwa kelancaran berpikir merupakan aspek
penting dalam kreativitas. Inilah aspek kuantitatif berkaitan dengan
kesuburan (fertilitas) ide-ide. Hasil kami dalam Proyek Bakat (Aptitudes
Project) telah memverifikasi dan memperluas informasi berkenaan dengan
empat factor kefasihan (fluency) (Wilson et al., 1954).
Faktor
kefasihan kata (word fluency), pertama dilaporkan oleh Thurstone (1938).
Ini adalah kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang masing-masing
berisi huruf tertentu atau kombinasi huruf-huruf.
Faktor kefasihan
asosiasi (associational fluency) yang sangat baik ditunjukkan dalam
suatu tes yang mempersyaratkan pesertanya mengungkapkan sebanyak
mungkin persamaan kata (sinonim) untuk kata tertentu dalam waktu
tertentu. Sebaliknya kefasihan kata (word fluency) dimana hanya huruf
tertentu yang diobservasi, kelancaran asosiasional mencakup pemberian
makna untuk kata-kata yang diberikan.
Faktor kefasihan ekspresional
(expressional fluency) paling bagus diukur dengan tes yang meminta
menghasilkan frase-frase atau kalimat-kalimat. Kebutuhan untuk
merumuskan kata-kata yang tepat sebagai persyaratan struktur kalimat
nampaknya merupakan ciri unik tes kemampuan ini. Kita tidak tahu apakah
kemampuan yang sama dituntut untuk berbicara, tetapi terdapat beberapa
dugaan yang rasional sekurang-kurangnya terdapat korelasi moderat antara
penampilan dalam menulis dan dalam berbicara. Dapat dikatakan bahwa
dengan memiliki derajat kemampuan tinggi dalam kelancaran ekspresional,
sebagaimana diukur dengan tes tertulis dapat mengantarkan para pengamat
pada kesimpulan bahwa mereka yang berkelancaran ekspresional, memiliki
derajat kreativitas yang tinggi.
Faktor kefasihan ideasional
(ideational fluency). Ini adalah kemampuan menghasilkan ide untuk
memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu terbatas. Suatu tes untuk
faktor ini meminta peserta tes menyebutkan benda-benda keras, putih atau
memberikan berbagai manfaat batuan umum, atau menulis judul-judul yang
sesuai untuk sesuatu ceritera yang disampaikan. Dalam pemberian skor
untuk faktor ini, pertimbangan kuantitas adalah terpenting ; kualitas
bukan merupakan pertimbangan sepanjang respons sesuai.
Terdapat
beberapa tahapan pada kebanyakan pemecahan masalah (problem solving)
yang mengharuskan untuk menemukan jawabannya. Kelancaran ideasional
mungkin akan memainkan peranan penting dalam problem solving,; dan
banyak masalah menuntut solusi baru, yang berarti berpikir kreatif.
Pada tahun 1950 dihipotesiskan bahwa para pemikir kreatif adalah para
pemikir fleksibel. Mereka siap meninggalkan cara-cara lama dalam
berpikir kearah yang baru. Satu factor fleksibilitas berpikir
diprediksi. Kami menemukan dua kemampuan, keduanya nampak termasuk dalam
kategori umum ini (Wilson et al., 1954).
Salah satu factor disebut
fleksibilitas spontan (spontaneous flexibility). Didefinisikan sebagai
kemampuan atau disposisi untuk menghasilkan variasi ide yang besar, yang
bebas dari kelemahan atau dari perseverasi (mengulang-ulang). Dalam
mengetes factor ini pesertta menunjukkan kebebasannya untuk menjelajah
dalam pemikirannya sekalipun hal itu tidak penting baginya untuk berbuat
demikian.
Tipe lain berpikir fléksibilitas disebut fléksibilitas
adaptif (adaptive fléxibility) disebabkan karena memfasilitasi solusi
(pemecahan) masalah. Ini sangat baik ditunjukkan dalam jenis masalah
yang mensyaratkan jenis pemecahan masalah yang tidak seperti biasanya.
Masalah itu nampaknya dapat dipeahkan dengan metode konvensional dan
lebih dikenal, tapi metode ini tidak dapat berfungsi. Satu tugas yang
diminta untuk jenis solusi ini berlandaskan jenis permainan yang sudah
dikenal yaitu korek api (matchsticks). Peserta diberi seperangkat kotak
berdekatan, setiap sisi berbentuk pasangan, dan dia diminta mengeluarkan
sejumlah pasangan, tinggalkan sejumlah kotak. Tidak diberitahu
kepadanya bahwa semua kotak harus sama besar, tetapi ketika ia menerima
asumsi yang jelas ini, ia tidak dapat memecahkan satu atau lebih masalah
karena satu-satunya hasil yang memuaskan adalah sejumlah kotak yang
berbeda luasnya. Ketekunan dalam kekeliruan tetapi mengundang kea rah
berpikir berarti status rendah pada factor fleksibilitas adaptif.
Dalam bidang kreativitas seseorang hendaknya secara pasti mengharapkan
untuk memperoleh sifat keaslian (originality). Itu ditunjukkan oleh skor
sejumlah tes dimana kunci jawabannya diberi bobot menurut proporsi
frekuensi terjadinya dalam populasi peserta tes. Kelainan dalam jawaban,
dalam arti statistic, merupakan satu prinsip pengukuran orisinalitas.
Faktor itu juga diindikasikan oleh tes yang itemnya meminta asosiasi
jarak jauh (remote association) atau hubungan; jarak jauh baik dalam hal
waktu atau dalam arti yang logis. Ketika kita menanyakan peserta
mendaftarkan semua konsekuensi yang mereka dapat pikirkan berkaitan
dengn penemuan baru bahwa makan itu tidak perlu, sejumlah konsekuensi
jarak jauh yang mereka berikan menunjukkan orisinalitas, dimana sejumlah
konsekuensi nyata menunjukkan kelancaran ideasional. Hal ini berarti
diperlukan satu kriteria kualitas untuk menunjukkan sejauh mana
orisinalitas seseorang yang disebut mampu (capable).
Cara ketiga
menunjukkan derajat originalitas mengikuti tes adalah jumlah jawaban
yang dapat diberikan oleh peserta tes yang ditetapkan sebagai orang
pandai. Judul yang diberikan pada suatu ceritera pendek, misalnya, dapat
dinilai sebqgai pandai atau kurang pandai. Banyaknya respons kurang
pandai menunjukkan kelancaran ideasional, sedangkan banyaknya jawaban
pandai menunjukkan orisinalitas.
Berkembang suatu kecurigaan bahwa
apa yang kita sebut orisinalitas sebenarnya adalah suatu kasus
fleksibilitas adaptif jika dikaitkan dengan material bermakna secara
verbal, sejajar dengan faktor fleksibilitas adaptif yang sekarang sudah
diketahui, berkaitan dengan tugas-tugas menyangkut materi non-verbal.
Dalam setiap kasus seseorang harus keluar dari kenyataan bahwa biasanya
atau konvensional untuk memperoleh skor yang baik.
Tahun 1950 satu
factor untuk mendefinisikan kembali telah dihipotesiskan, yang menuntut
suatu kemampuan melepaskan interpretasi lama tentang obyek yang sudah
dikenal untuk dapat digunakan atau bagian-bagiannya dengan cara-cara
baru. Analisis factor dengan baik mendukung dimensi perbedaan individual
seperti itu (Wilson et al., 1954). Mana di antara benda-benda ini atau
bagiannya yang dapat diadaptasi menjadi jarum: pinsil, lobak, sepatu,
ikan, atau anyelir? Kunci jawaban adalah ikan, karena tulang ikan
tertentu dapat diadaptasi menjadi jarum. Improvisasi pada umumnya,
barangkali merefleksikan kemampuan mendefinisikan kembali
(redefinition).
Faktor selanjutnya adalah elaborasi yang ditunjukkan
dengan tes dimana peserta diberi satu atau dua garis sederhana dan
diminta membuat konstruksi berdasarkan garis itu sebuah obyek yang lebih
kompleks. Skornya adalah banyaknya demonstrasi elaborasi. Itu juga
ditunjukkan melalui tes yang memberikan outline sebuah perencanaan, dan
peserta tes diminta mendaftarkan semua langkah yang dibutuhkan agar
pezrencanaan itu jalan. Ada kemungkinan kedua kemampuan itu terlibat,
yang satu berkenaan dengan mengelaborasi materi figural sedangkan yang
lainnya berkenaan dengan mengelaborasi material bermakna. Jika demikian,
kedua kemampuan ada kemungkinan berkorelasi secara positif.
Tidak
semua harapan kita semula secara factor didukung oleh hasil. Kita
memprediksi suatu kesatuan kemampuan menganalisis dan juga satu unit
kemampuan mensintesis dalam berpikir. Kedua hipotesis nampaknya memberi
cukup kesempatan untuk diverifikasi kebenarannya, tetapi hasilnya tidak
seperti itu. Inilah sebuah contoh yang menunjukkan bahwa kita tidak akan
selalu memperoleh analisis factor apa yang kita masukkan. Tidak
diragukan hasilnya bertentangan dengan pikiran sehat, karena pemikiran
kita menganalisis sekaligus juga memsintesis.
Hasil itu tidak
menyanggah keberadaan dua jenis pelaksanaan ini. Apa yang diindikasikan
adalah bahwa individu tidak akan berbeda secara sistematis antara satu
dengan lainnya dalam hubungan dengan kemamuan umum menganalisis
berkaitan dengan banyaknya jenis tugas-tugas dan juga tidak berbeda
secara sistematis dalam kemampuan umum mensintesis. Ini berarti,
analisis dan sintesis sama dengan pemecahan masalah. Sejumlah unit
kemampuan memegang peranan dalam pemecahan masalah, tetapi kombinasinya
dengan bobot masing-masing tergantung jenis masalahnya. Kesimpulan yang
sama dapat diambil sehubungan dngan analisis dan sintesis.
Ciri-ciri non-bakat berkaitan dengan kreativitas.
Banyak orang ingin mengetahui rahasia utama penampilan kreatif di luar
modalitas bakat. Tidak dapat disangkal bahwa sifat motivasi dan
tempramen diharapkan memiliki efek penentu yang signifikan terhadap ada
tidaknya seseorang menunjukkan penampilan kreatif. Moidalitas
kepribadian ini dapat diteliti dalam hubungan ini.
Aak ketat
memperoleh informasi berkenaan dengan peran sifat-sifat seperti itu
dalam penampilan kreatif. Dalam studinya memimpin artis dan memimpin
ilmuwan dalam beberapa bidang, Anne Roe menemukan hanya satu sifat yang
secara umum ada di antara individu, yaitu kemauan untuk bekerja keras
dan bekerja dalam waktu lama (Roe, 1946, 1953). Itulah sifat yang
mendukung keberhasilan dan keunggulan dalam bidang apapun. Tidak ada
indikasi adanya hubungan unik dengan kreativitas. Sifat itu juga berarti
motivasi umum tingkat tinggi, sumbernya kita belum dapat pastikan.
Kepada kita tetap masih bermasalah dan memerlukan lebih banyak studi
analisis.
Dalam Proyek Bakat (Apptitudes Project) perhatian kami
ditujukan pada pertanyaan tentang sifat-sifat non-bakat yang dapat
berkontribusi terhadap berpikir kreatif. Sudah dikemukakan kesimpulan
bahwa fleksibilitas spontan dalam berpikir muncul menjadi kebebasan dari
perseverasi, sebagai satu bentuk kekakuan, dan bahwa flaksibilitas
adaptif muncul menjadi kebebasan dari kegigihan menggunakan apa yang
dipelajari sebelumnya, metode-metode pemecahan yang sia-sia, adalah
bentuk lain kekakuan. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah
factor-faktor kekakuan fleksibilitas dalam berpikir harus
diklasifikasikan dalam sifat-sifat modalitas bakat atau modalitas
tempramen atau apakah dengan contoh-contoh ini kita memperoleh
sifat-sifat dengan kedua aspeknya yaitu temperamen dan bakat, tergantung
pada bagaimana seseorang melihatnya.
Kita telah berspekulasi
tentang apakah orisinalitas adalah sikap unkonvensional yang meramalkan
bahwa seseorang tidak akan tampil seperti biasanya atau dalam sikap
popular, lebih menyukai cara berperilaku istimewa. Penelitian kami hanya
menyinggung pertanyaan ini. Seperti pada factor-faktor kefasihan
(fluency factors), tercaqpat sejumlah hipotesis dikemukakan dalam
literature berkenaan dengan kemungkinan adanya hubungan antara
kelancaqran berpikir dengan sejumlah sifat motivasi dan temperamen
(Guilford et al., 1957).
Penyebab lain adanya perhatian terhadap
masalah-masalah ini kenyataan bahwa analisis factor sebelumnya telah
mengindikasikan sekurang-kurangnya tiga ciri utama minat dalam
jen,is-jenis berpikir yang berbeda, termasuk pehatian dalam berpikir
reflektif, berpikir teliti (rigorous), dan berpikir autistic. Apakah
perhatian yang ditemukan ini berkaitan dengan berbagai jenis penampilan
berpikir? Ditemukan juga sepasang perhatian utama dalam kegiatan
estetis, salah satunya disbut aspirasi estetis (esthetic aspiration) dan
yang lainnya disebut ekspresi estetis (esthetic expression).
Variabel-variabel minat ini akan sangat mungkin berkaitan dengan
penampilan kreatif dalam bidang seni dan mungkin lebih umum dalam
penampilan kreatif.
Satu penelitian terbaru tentang analisis factor
tentang minat berpikir mempelajari beberapa hipotesis kemungkinan
variable-variabel lain (Guilford et al., 1957). Dengan menggunakan skor
self-inventory, ditemukan indikasi beberapa variable yang diharapkan.
Salah satu factor terindikasi sebagai toleransi ambiguity. Ini adalah
keinginan untuk menerima sejumlah kertidakpastian dalam kesimpulan dan
keputusan dan kesenderungan untuk menolak berpikir dalam arti kategori
yang kaku. Faktor lain diidentifikasi sebagai suatu pehatianbdalam
berpikir konvergen. Berpikir konvergen meliputi berpikir kea rah satu
jawaban benar, atau kea rah satu jawaban yang relative telah ditetapkan
secara unik. Sebuah factor pendamping didefinisikan sebagai minat atau
keinginan untuk berpikir divergen, suatu tipe berpikir dimana pencarian
secukupnya dilaksanakan dan sejumlah jawaban ditemukan. Masih ada lagi
factor lain yang ditemukan tetapi tidak dapat didefinisikan secara
pasti. Bisa saja minat dalam originatitas atau dalam kreativitas
secara umum, atau mungkin diidentifikasikan apakah ekspresi estetis atau
apresiasi estetis.
Untuk menguji kemungkinan bahwa beberapa atau
semua factor ini mempunyai landasan bagi output kreativitas, kita
mengkorelasikan skor variable-variabel ini dengan skor penampilan pada
tes kefasihan, fleksibilitas, dan originalitas. Juga ada kemungkinan
mengorelasikan skor sejumlah variable lainnya, termasuk sifat-sifat
lainnya, dengan skor tes bakat yang sama. Kesimpulan didasarkan pada
korelasi signifikan secara statistic, tetapi koefiisiennya semua berada
di bawah 0,30.
Dari hasilnya kita dapat simpulkan bahwa individu
yang menjawab tes kefasihan asosiasi secara baik cenderung memiliki
kebutuhan lebih kuat untuk petualangan dan mereka lebih toleran terhadap
ambiguity. Individu dengan skor tinggi untuk kefasihan ideasional
cenderung akan lebih impulsive, lebih berkuasa, dan lebih percaya dan
memiliki apresiasi yang kuat terhadap kreaivitas. Indiviidu yanbg
menunjukka gejala nerves dan depresi yang berlebihan akan sedikit lebih
rendah pada tugas-tugas yang mempersyaratkan kefasihan ideasional,
tetapi menunjukkan tidak adanya hambatan dalam tipe-tipe tes kefasihan
lainnya. Mereka yang memperoleh skor lebih tinggi dalam tes kefasihan
ekspresional cenderung lebih impulsive, untuk mengapresiasi ekspresi
estetik dan untuk berpikir reflektif.
Pengukuran originalitas
menunjukkan hubungan dengan sejumlah sifat non-bakat, tetapi tidak
begitu kuat. Orang yang original cenderung lebih percaya diri dan
toleran terhadap ambiguity, berpikir reflektif dan divergen serta
ekspresi estetis. Orang yang tidak original cenderung lebih jelimet dan
merasakan adanya kebutuhan untuk disiplin. Tidak ada indikasi bahwa
orang yang original selalu kurang cenderung terhadap kesesuaian budaya,
termasuk aspek-aspek moral. Hipotesis bahwa originalitas menaungi satu
sikap tidak secara konvensional tidak didukung.
Hubungan antara dua
factor fleksibilitas terhadap sifat kekakuan telah dikemukakan. Tidak
ditemukan hubungan lain untuk factor-faktor fleksibilitas kecuali
beberapa indikasi bahwa seseorang dengan fleksibilitas spontan yang
tinggi mungkin akan memiliki kebutuhan yang kuat akan keragaman. Orang
yang fleksibel pada tipe ini jelas menunjukkan variasi arah dalam
mengejakan tes.
Fakta bahwa semua hubungan ini diteliti dengan tes
psikologi harus diberi penekanan. Dengan motivasi secara umum dengan
nada tinggi menempuh tes, peserta kurang memiliki ruangan untuk
menunjukkan kuatnya hubungan antara penampilan dalam tes itu dan
beberapa sifat non-aptitude. Penampilan dalam kehidupan sehari-hari
dapat saja lebih kuat berhubungan dengan banyak sifat motivasi dan
tempramen.
Kreativitas dan Struktur Intelek.
Selalu ada saja
perhatian yang cukup besar dalam hubungan antara kreativitas dan
inteligensi, khususnya yang terakhir dapat diperhitungkan dengan yang
sebelumnya. Untunglah, inteligensi tidak pernah didefinisikan secara
unik. Selanjutnya, kumpulan bukti menunjukkan bahwa inteligensi adalah
hal yang multi dimensi, dengan banyak komponen ditemukan melalui
analisis faktor. Pertanyaan berikutnya adalah apakah kemampuan yang
nampak menjadi komponen bakat kreatif dapat dipandang sebagai komponen
inteligensi. Jika demikian, adakah status signifikan di antara kemampuan
intelektual ?
Prinsip-prinsip Struktur Intelek
Setelah
mempertimbangkan semua faktor yang dapat dianggap termasuk kategori
intelektual, termasuk kefasihan, fleksibilitas dan originalitas juga
sensssiiiitttivvvitas terhadap masalah, peeenulis memnyusun suatu sistem
untuk faktor-faktor tersebut dan menyebutnya « stuktur intelek. »
Terdapat 47 faktor intelek. Pengujian terhadap sifat-sifatnya
menyarankan bahwa mereka dapat dimasukkan ke dalam tiga klasifikasi,
mendemonstrasikan tiga prinsip dimana mereka dapat diorganiser. Pertama,
dimensi intelek yang dikenal dapat dikelompokkan atas tiga kategori
sesuai jenis material atau konten atau pikiran. Salah satu material
disebut figural, karena berbentuk unsur atau obyek dengan berbagai
sifatnya. Obyek visual seperti garis dan bentuk memiliki bentuk, ukuran,
warna, tekstur, tingkatan, dan lain-lain. Elemen pendengaran dalam
bentuk ritme, melodi dan suara. Terdapat juga benda-benda yang dapat
diraba dan kinestetik, tetapi eksplorasi factor analitikal suatu tes
melibatkan material sedemikian telah menjadi tidak eksis secara praktis.
Dapat dikatakan bahwa kemampuan terkait penggunaan materi figural
merupakan suatu kategori umum inteligensi konkrit.
Kedua, kita
memiliki materi yang dapat disebut konseptual atau semantik. Itu
mencakup makna, daalam bentuk verbalis. Tes inteligensi yang paling
terkenal tersusun dari materi verbal dan makna kata tercakup didalamnya.
Ketiga, penelitian kami tentang bakat telah membuat kami mengenal
sekelompok kemampuan berkenaan dengan apa yang disebut material
simbolik. Contoh material seperti itu adalah angka, suku kata, kata-kata
(struktur kata, bukan arti), dan semua kode bahan. Elemen-elemen
demikian tidak memiliki makna natural.Konvensi menetapkan manfaat dan
artinya secara sepihak. Sistem alfabet dan angka mempermudah dan
memungkinkan penggunaannya dalam berbagai cara. Bakat matematika dan
bahasa barangkali sangat tergantung pada kemampuan simbolik. Kemampuan
berkenaan dengan materi semantic atau simbolik akan dikualifikasi ke
kategori inteligensi abstrak, tapi sejak mereka nberbentuk dua kelompok
berbeda, sebaiknya disebut inteligensi semantic dan inteligensi
simbolik.
Prinsip utama kedua klasifikasi ini adalah disesuaikan
dengan jenis pelaksanaan yang dilakukan terhadap materi berpikir.
Terdapat lima jenis pelaksanaan yang umum dikenal, dimana kelima jenis
itu diterapkan pada masing-masing dari tiga jenis material. Satu
kelompok kemampuan berkenaan dengan pencapaian berbagai jenis kesadaran.
Faktor-faktor ini dapat disebut kemampuan menemukan, tetapi juga
menyangkut penemuan kembali dan pengenalan kembali elemen dan benda yang
diperoleh dari padanya. Kita mengenal obyek figural, obyek simbolik,
dan makna. Pengenalan makna kata adalah hakikat factor komprehensif
verbal, komponen yang mendominasi semua tes inteligensi verbal.
Kelompok lain faktor-faktor bakat adalah kemampuan mengingat (memory
abilities). Nampak ada yang membedakan kemampuan mengingat sejajar
dengan masing-masing kemampuan kognisi, sejauh kemampuan mengingat
diketahui. Dua kelompok lain berkaitan dengan produksi informasi lain
dxari informasi yang diberikan dalam arti proses berpikir. Salah satu
kelompok ini diidentiofikasi sebagai berpikir konvergen dan lainnya
sebagai berpikir divergen. Berpikir konvergen berlangsung ke arahjawaban
atau solusi terbatas. Ketika ditanya: Apa lawan kata tinggi? Anda
barangkali akan menjawab “rendah” Ini contoh berpikir konvergen. Jika
ditanyakan: Apakah dua kali lima tambah empat? Anda tidak punya
alternatif jawaban lain selain “empat belas”. Tapi jika anda diminta
mengemukakan sejumlah kata yang mempunyzai arti sama dengan “rendah”,
anda dapat mengemukakan sejumlah jawaban berbeda, semua memenuhi
persyaratan, seperti kurang, bawah, dan sejenisnya, dan jawaban anda
benar. Dalam contoh ini kita menggunakan berpikir divergen.
Kelompok
kelima kemampuan intelektual berkaitan dengan mengevaluasi informasi
dan kesimpulan atau respons lainnya diambil dari informasi yang
diberikan. Kita dapat mempersoalkan kesadaran kita dan benda-benda yang
kita ingat bseperti juga pemecahan kita terhadap masalah daqn kita tiba
pada keputusannapakah mereka benar, sesuai, atau cukup, dan lain-lain.
Kemampuan demikian tergolong pada kategori evaluasi.
Ketika kita
menerapkan sejumlah pelaksanaan dalam sejumlah jenis material, kita
menghasilkan sejumlah produk berbagai jenis. Cara utama ketiga
mengklasifikasikan kemampuan intelektual adalah disesuaikan dengan hasil
terkait. Hasil itu dapat berupa satu unit pemikiran, , seperti sebuah
figure, sebuah struktur simbolik, atau sebuah konsep. Produk itu dapat
berupa sekelompok unit atau dapat berupa kaitan antara unit-unit. Dapat
berupa sebuah pola, sebuah system atau suatu Gestalt dari sejumlah
jenis, gabungan sejumlah unit. Atau dapat juga berupa sebuah implikasi,
seperti pada saat kita membuat prediksi dari informasi yang tersedia.
Setiap jenis produk – unit, kelompok, hubungan, system, dan implikasi –
memiliki kemampuan utamanya masing-masing.
Teori Komprehensif tentang Intelek
Jika
kita menerapkan kategori-kategori umum material, pelaksanaan, dan hasil
melalui range kemampuan intelektual, kita dapat merepresentasikan
struktur intelek dalam bentuk diagram tiga dimensi seperti pada gambar
1. Gambar 1 adalah sebuah model geometric yang menyajikan sebuah teori
komprehensif intelek manusia.
Ditunjukkan dalam gambar itu
persyaratan bagi empat jenis material yang dinamakan perilaku
(behavioral). Tidak terdapat hasil analisis factor yang akan menentukan
kategori intelegensi seperti itu, tetapi terdapat informasi yang cukup
dari sumber lain untuk menetapkan penambahan kelompok factor sedemikian
dalam teori. Lebih dari 30 tahun yang lalu, Thorndike mengusulkan bahwa
terdapat inteligensi sosial dibedakan dari inteligensi abstrak dan dari
inteligensi mekanik (Thorndike et al., 1927). Kini terdaaaaaaapat minat
baru dalam mengeksplorasi empathy yang mungkin masuk ke kategori yang
sama.
Implikasi dari kategori tingkah laku dalam struktur intelektual
sangat menarik. Itu ditandai lebih dulu oleh intelegensi dasar,
intelegensi simbolis, arti intelegensi, dan semua yang mana di dukung
oleh faktor pengetahuan.
Sejak begitu banyak kesetaraan antara ketiga
area intelek, itu beralasan untuk menyarankan bahwa kegiatan intelek
yang sama dan mempergunakan produk di area intelegensi social atau
empati.
Ini mungkin berarti bahwa kita harus melihat kemampuan
menyaangkut kognisi dari kesatuan tingkah laku, juga dalam kelas,
hubungan, system dan implikasi. Disitu mungkin menjadi kesetaraan
kemampuan ingatan, dimana persoalan tingkah laku menjadi perhtian, juga
kesetaraan kemampuan untuk berpikir produktif memandang permasalahan
tingkah laku dan kemampuan untuk mengevaluasi hasil dari kegiatan ini.
Itu mungkin Nampak beralasan untuk mengadakan hipotesa tentang semua
jenis dari kegiatan dan memakai produk di area social atau peristiwa
tingkah laku sebagai kemungkinan variasi , kita juga harus menyadari
kemungkinan bahwa ada perbedaan kemampuan dalam hubungan dengan
seseorang yang bertingkah laku dan tingkah laku itu oleh orang lain.
Tempat untuk mengembangkan bakat untuk pertunjukan kreatif
Untuk
mengembalikan kepada kemampuan lebih memperjelas cerita untuk
kreativitas, itu jelas kelihatan bahwa sifat dari kelancaran, kelenturan
dan keaslian dating dari kategori umum dalam pandangan yang berbeda.
Faktornya diketahui sebagai kepekaan terhadap masalah bagaimanapun
seorang tokoh yang masuk dalam kategori dalam evaluasi dari faktor dalam
mendefinisikan ulang kategori dari berpikir konvergen, sebagai keadaan
yang lebih dulu. Itu mungkin benar bahwa kemampuan lainnya diluar
kategori berpikir divergen juga mereka membuat kontribusi untuk berpikir
produktif. Kita mungkin mengubah arti berpikir kreatif sebagai berpikir
divergen tapi itu mungkin benar untuk mengatakan berpikir divergen
sebagai laporan untuk semua komponen intelektual dalam produksi kreatif.
Ada
beberapa kemampuan dalam berpikir divergen yang diperkirakan oleh
system dalam struktur dari intelek tapi belum diselidiki, terutama dalam
bentuk dan melambangkan deretan angka. Mugkin ini bisa melakukan lebih
dengan berpikir kreatif dalam seni dan dalam matematika dimana yang kita
ketahui kemampuan berpikir kreatif, terutama dalam kolom
lisan/kata-kata, bisa lebih berguna dengan berpikir kreatif dalam
kemanusiaan, ilmiah, dan peristiwa sehari-hari. Kemampuan berpikir
divergen dalam kategori tingkah laku mungkin bisa lebih berguna dalam
kontibusi untuk membuat hubungan antar manusia lebih baik, apakah
diantara orang-orang atau dalam politik atau peristiwa keindustrian atau
dalam peristiwa internasional.
Validitas dan masalah dalam pelatihan
Pekerjaan
kami dalam proyek bakat telah menyediakan hampir seluruh dasar
penelitian, dengan mempercayai itu apa yang kita butuhkan saat ini
adalah lebih mendalam dan terus memahami dari sifat alamiah dari intelek
dan komponennya. Kita tidak bisa tanpa perhatian dan ketertarikan
dengan memperhatikan kemampuan penggunaan umum dalam faktor konsep kami
sering ditantang dalam perhatian ini. Kami, juga seperti yang lainnya,
telah membuat hasil dari pembelajaran yang menghasilkan pertanyaan yang
signifikan dari karakter utama dari bakat kreatif yang lain dari batas
faktor analisis pandangan.