Berfikir kreatif merupakan cara berfikir dimana
individu mencoba menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru
terhadap masalah.
dalam
berfikir kreatif ini seseorang dituntut untuk dapat memiliki lebih dari satu
jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi.
Pribadi Kreatif
Setiap pribadi individu diyakini
memiliki kreatifitas masing-masing. Selama individu itu masih menggunakan ide
dan pemikiran dalam menjalani kehidupannya maka selama itu pula ia dapat
dikatakan berusaha mengeluarkan segenap kemampuan kreatifitasnya. Psikologi
memandang bahwa pribadi kreatif dapat ditinjau dari perspektif humanistik dan
psikoanalisa.
Humanistik
Humanistik memandang perilaku
pribadi individu dari sudut pandang pengaruh perilaku atau akibat yang
ditimbulkan dari perilaku tersebut. Pada contoh mahasiswa yang mengerjakan
tugas dari dosen dengan cara menyalin kepunyaan temannya, humanistik
memunculkan pertanyaan bagaimana perilaku menyalin pekerjaan teman dapat
mempengaruhi perasaan temannya itu terhadap diri sang mahasiswa? Apakah dirinya
bisa merasa puas dengan kenyataan bahwa dia belum mampu mengerjakan tugas
tersebut secara mandiri? Pertanyaan semacam ini menjadi penting dari sisi
perspektif Humanistik.
Humanistik memiliki perspektif yang menekankan perasaan orang tentang
self. Dari sudut pandang ini, orang yang melakukan sesuatu apapun yang
dilakukan entah baik atau buruk mungkin dilihat sebagai bagian dari
penyelidikannya tentang kompetensi, prestasi dan harga dirinya. Idealnya atau
diharapkan, pada suatu saat nanti orang tersebut akan menemukan cara
meningkatkan perasaannya dengan berbuat yang terbaik untuk dirinya tanpa
menghambat atau mengganggu orang lain.
Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan bagian dari
perspektif yang lebih luas yang disebut psikodinamika. Psikodinamika merupakan
suatu perspektif yang fokus pada peran perasaan dan impuls-impuls yang dikira
tidak disadari. Salah satu kunci gagasan psikodinamika adalah bahwa ketika
impuls-impuls itu tidak dapat diterima, atau ketika impuls tersebut membuat
kita cemas, kita menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
untuk mengurangi kecemasan dimana diantara mekanisme pertahanan diri adalah
displacement. Misal ketika mahasiswa sudah merasa kesulitan mengerjakan tugas
pada saat baru membaca persoalannya saja, mahasiswa tersebut mengalihkan
pemikirannya dari mengerjakan secara mandiri menjadi menyalin kepunyaan
temannya. Atau pada orang yang sedang dalam kondisi terdesak dalam suatu
permasalahan dan seakan semua alternatif pemecahan masalah dirasakan menemui
kebuntuan maka pikirannya “dipaksa” bekerja keras mencari ide dan pemikiran
supaya alternatif pemecahan baru terhadap permasalahan dapat segera ditemukan.
Proses Kreatif
Proses kreatif merupakan gambaran
nyata dalam menjelaskan bagaimana kreativitas terjadi. Proses kreatif melalui
tahap atau langkah yang terjadi pada saat orang berperilaku kreatif. Sebagian
besar penelitian awal berfokus pada bagaimana orang-orang yang sangat kreatif
menggambarkan proses mental yang mereka alami untuk menciptakan produk-produk
apa pun yang mereka ciptakan.
Proses kreatif dapat dilihat dari perspektif
Teori Wallace dan Teori Belahan Otak.
Teori Wallace
Dalam berfikir kreatif, proses yang
terjadi melalui beberapa tahapan tertentu. Suatu ide atau pemikiran tidak bisa
tiba-tiba muncul di dalam benak kita. Ide-i de muncul setelah berbagai macam
simbol diolah di alam bawah sadar kita. Wallace (1926) berusaha menggambarkan
proses kreatif dan berpendapat bahwa proses itu memiliki empat tahapan yaitu
persiapan, memeriksa peluang dan tantangan yang ada dari segala aspek; dalam
masa persiapan seorang individu memformulasikan masalahnya dan mnegumpulkan
semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk dipilah mana peluang dan tantangan
dalam upaya memecahkan masalah. Walaupun terkadang sudah berkonsentrasi lama
pemecahan masalah belum muncul juga.
inkubasi, memikirkan masalah
secara utuh dan komprehensif; Individu berusaha mencari segala macam cara yang
dimungkinkan untuk menghasilkan kreatifitas. Bisa saja ide baru yang digunakan
atau ide yang sudah terpendam dalam pengalaman individu tersebut. Pengalaman
dapat menjadi kunci bagi kemunculan ide baru atau pemecahan masalah.
iluminasi, kemunculan ide dan pemikiran; ide kreatif bisa saja muncul dengan
sendirinya dan individu terkadang mengalami insight.
verifikasi, pemeriksaan validitas
ide dan penyempurnaannya kepada bentuk ide yang lebih tepat. Tujuannya adalah
untuk menilai apakah ide pemikiran tersebut sudah tepat atau masih memerlukan
perbaikan dan penyesuaian.
Teori Belahan Otak Kanan dan kiri
Otak manusia adalah pusat
berfikir, berperilaku serta pusat emosi yang mencerminkan seluruh dirinya (self
hood), kejiwaannya, serta bahasanya dan
ingatannya. Seorang filsuf Rene Descartes pernah mengatakan bahwa otak sebagai
pusat kesadaran manusia dapat diibaratkan sebagai pengendara, sedangkan badan
manusia sebagai kudanya. Semiawan (1994) pernah mengukur berat otak manusia dan
dipatkan bahwa berat otak manusia hanyalah satu setengah kilogram saja.
Perbandingan ukuran yang sangat kecil untuk fungsi dan kegunaan yang luar
biasa.
Adalah Cerebral ortex otak yang
dibagi menjadi dua belahan yang dihubungkan oleh segumpal serabut yang disebut
corpur callosum. Kedua belahan otak itu adalah
Belahan otak kanan, yang menguasai belahan kiri badan. berfungsi untuk berfikir
holistik, spasial, metaforik, dan lebih banyak menyerap untuk matematika,
sintesa, mengetahui sesuatu secara intuitif dan elaborasi, serta variabel dan
dimensi humanistik mistik.
Belahan otak kiri, yang menguasai belahan kanan badan. Berfungsi untuk berfikir
rasional, analitis, berurutan, linear, scientific, seperti belajar membaca,
bahasa, aspek berhitung dari matematika.
Respons, tugas dan fungsi belahan otak
kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar,
sebagaimana seseorang mengalami realitas secara berbeda beda dan unik.
Menurut eugene raudsepp dalam
bukunya how creative are you?1981, dalam kebudayaan Amerika pun belahan otak
kiri ternyata lebih dominan dan dikembangkan secara berlebihan.
Menurut Peter Reusseli (1979), bahwa dalam
budaya barat pun orang lebih cenderung mengutamakan berfikir rasional,
kemampuan ekspresi diri sendiri secara verbal, membaca dengan baik dan bagus
dalam berfikir analitis. Kondisi kita tampaknya sama dengan dua kondisi
tersebut, kita biasanya kurang mengembangkan kebenaran spatial, apresiasi
artistik, proses kreatif dan pemikiran intuitif, yang kesemuanya itu sering
diasosiasikan dengan belahan otak kanan.
selanjutnya
Reudsepp (1981) merinci dikotomi belahan otak berikut ini:
-Belahan Otak kiri
-Logis, analitis, kronologis, linier
-Berfikir Konvergen
-Rasional
-Proses yang disadari
-Pemaknaan harfiah
-Verbal
-Abstrak
-Kausal
-Eksplisit (diperlihatkan)
-Terkendali, konsisten
-Cara berfikir realistis
-Biasanya dominan
-Intelektual, formal
-Kesadaran memusat secara tajam
-Aktif
-Mengatur waktu dengan urutan yang teratur
-Matematis, ilmiah
-Berdasarkan petunjuk
-Berdasarkan dalil-dalil
-Objektif
-Pengetahuan umum
-Suka menilai
-Belahan Otak Kanan
-Intuitif, holistik, gestalt, tidak linier
-Berfikir divergen
-Irasional
-Proses prasadar dan bawah sadar
-Pemaknaan metaforis/analogi
-Nonverbal
-Konkrit
-Tanpa sebab (akausal)
-Tidak diperlihatkan (walau sudah mengerti)
-Dipengaruhi emosi
-Fantasi, mimpi-mimpi
-Tidak dominan (diam)
-Lebih menggunakan perasaan, menyukai eksperimen
-Kesadaran menyebar
-Resptif (bisa menerima)
-Tidak memperhitungkan waktu secara teratur
-Artistik, musikus, simbolis
-Bebas, menyukai asosiasi, toleran terhadap ambiguitas
-Imajinatif
-Subjektif
-Pengetahuan individual
-Tidak suka menilai dan mengkritik
Pendorong Kreatif
Pribadi individu setiap saat berada
pada keadaan mendorong atau memberikan tekanan untuk berpikir dan mengeluarkan
ide. Dorongan atau pressure untuk kreatif itu mengacu pada lingkungan dimana
individu itu berada, atau lingkungan dimana produk itu dihasilkan, atau proses
kreatif itu terjadi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dan segala sesuatu yang
mempengaruhi keadaan dimana terjadi kreativitas. VanGundy (1985)
mengidentifikasi tiga kategori yang mempengaruhi keadaan yang memunculkan
kreatifitas yaitu: internal, eksternal dan hubungan interpersonal.
Khusus Hubungan interpersonal dengan orang
lain adalah kondisi saling mempengaruhi antara diri pribadi dengan orang lain. Internal
berkaitan dengan pribadi seseorang yang dipengaruhi keadaan eksternal. Setiap
pribadi individu dikaruniai sumberdaya dan potensi yang sangat luar biasa oleh
sang Pencipta. Semua entitas dalam tubuh manusia sebagai individu memiliki
fungsi dan kegunaan masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain
membentuk sistem-sistem. Bahkan sistem-sistem tersebut membentuk kesatuan utuh
yang membuat individu dapat hidup dan menjalankan kehidupannya.
Namun, individu juga tidak dapat
terlepas dari keadaan eksternal yang baik langsung maupun idak langsung
mempengaruhi individu. Dalam ranah kreatifitas, individu jelas sekali dapat
menggunakan potensi menggali ide dan pemikiran sebanyak-banyaknya tanpa batas
ukuran tertentu. Keadaan eksternal bisa berupa apa saja baik keadaan yang
menunjang kemunculan kreatifitas atau malah keadaan yang menghambat kemunculan
kreatifitas.
Pada kenyataannya, tidak semua keadaan yang tidak mengenakkan merupakan faktor
penghambat dalam munculnya kreatifitas. Justru terkadang dalam kondisi
terdesak, individu bisa mengeluarkan segenap kemampuan pemikirannya
menghasilkan ide kreatif untuk memecahkan permasalahannya.
Eksternal adalah faktor yang ada di sekeliling orang, produk atau
proses. Faktor eksternal memang sangat mempengaruhi kemunculan kreatifitas.
Pengaruh tersebut bisa terhadap orangnya atau individunya, misal adanya
panorama alam yang dapat menginspirasi seorang pelukis untuk mengeluarkan
kreatifitasnya dalam membuat lukisan. Atau pengaruh tersebut bisa saja
mempengaruhi produk kreatifitas, misal saat harga kertas melonjak tajam maka
para pengusaha kartu ucapan memproduksi kartu dari kertas daur ulang.
Dan faktor eksternal pun turut mempengaruhi proses kreatifitas misal pembuatan
suatu benda kerajinan miniatur kapal layar akan sangat berbeda proses
pengerjaannya bila dipengaruhi waktu pengerjaan (antara waktu pengerjaan normal
dengan waktu penyelesaian target pesanan).
Produk Kreatif
Produk kreatifitas berasal dari
setiap atau semua jenis usaha manusia. Produk dapat diciptakan oleh sekelompok
orang atau individu, dan dapat memiliki beragam kegunaan dan manfaat.
Produk kreatifitas, seperti dijelaskan oleh Besemer & O’Quin (1987),
memiliki tiga karakteristik. yaitu: kebaruan/novelty, menggambarkan keaslian
atau kebaruan produk (orisinalitas, germinality, dan transformality); resolusi,
Bagaimana tujuan produk yang diciptakan itu tercapai; sintesis, bagaimana
produk mengatasi bahkan melampaui tantangan yang ada.
Kreativitas
dalam perkembangannya sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi,
kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.
2. Aspek Pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal
dari lingkungan.
3. Aspek Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut
Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya
masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji
dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya
menyaipaikan hasil-hasilnya.
4. Aspek Produk
Definisi produk kreativitas
menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu
yang baru, orisinil, dan bermakna.
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif
menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001:301) dalam bukunya Quantum
Learning mengalir melalui lima tahap, hatap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan Mendifinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut
Proses
Kreatif menurut David Cambell urutannya sebagai berikut
1. Persiapan (preparation)
Meletakan dasar, mempelajari latar
belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli
kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu
bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung
dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan
dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan
bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2. Konsentrasi (concentration)
Sepenuhnya memikirkan, masuk luluh,
terserap dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius,
perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan.
Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang, waktu
menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan error .
3. Inkubasi (incubation)
Mengambil waktu untuk meninggalkan
perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang
terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika
diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita
pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan
dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi
Mendapatkan ide gagasan,
pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru Bagian paling nikmat dalam
penciptaan, tahap AHA! Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara
gambling, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak
laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya teras di batin,
tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.
5. Verifikasi/ Produksi
Memastikan apakah solusi itu
benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah
merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus
dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara
kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan
bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham,
impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan
lenyap bagai embun diterjang sinar matahari.
Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan
kerja baik secara pribadi maupun kelompok.
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori
Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought
(Piirto,1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
(1) persiapan,
(2) inkubasi,
(3) iluminasi,
(4) verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang
mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari
jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya.
Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak
dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan
diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya
secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar.
Tahap iluminasi ialah tahap
timbulnya “insght” atau”aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan
baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya
inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap
dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Di sini
diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses
divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran
kritis).
Konsep adalah abstrak, entitas mental
yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas, dari suatu entitas,
kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata
adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa
dinyatakan dengan bahasa apa pun. Konsep bisa dinyatakan dengan ‘Hund’ dalam
bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol.
Operasional adalah batasan cara
kerja atau petunjuk bagi peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan
selama melakukan penelitian. juga dapat memberikan apakah suatu masalah dapat
diteliti atau tidak, apakah suatu hipotesis memenuhi syarat dan diterima atau
hipiotesis ditolak.
Kreativitas adalah proses mental yang
melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara
gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari
pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap
memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari
kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Ciri-ciri Kreativitas
Menurut David Cambell ciri-ciri
kreativitas ada tiga kategori:
1.Ciri-ciri pokok
kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham,
pemecahan, cara baru, penemuan.
2.Ciri-ciri yang memungkinkan
yang membuat mampu mempertahankan
ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
3.Ciri-ciri sampingan
tidak langsung berhubungan dengan
penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi
kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.
Definisi konsepsional Kreatifitas.
Definisi konsep menurut Arifin
Abdurachman adalah suatu pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan.
Konsep adalah kata istilah yang mengungkapkan suatu abtraksi yang dibentuk
dengan generalisasi dari hal-hal khusus kejadian yang diamati. Definisi
konsepsional atau definisi konsep disebut juga kerangka konsepsional.
Jadi definisi konsepsional
kreatifitas adalah sesuatu yang menggambarkan adanya hubungan antara konsep
yang khusus dengan konsep yang akan diteliti. Konsepsional juga digunakan untuk
mendefinisikan pengertian didalam penelitian, agar tidak mengalami pembiasan
dalam pengumpulan data hingga pada tahap analisis penelitian.
Definisi Operasional Kreatifitas
Definisi operasional menurut
koentjaraningrat merupakan batu ujian terakhir apakah masalah dapat diselidiki
atau tidak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi sebuah demonstrasi dari suatu
proses – seperti sebuah variabel, istilah atau objek – dalam hal proses
tertentu atau serangkaian tes validasi yang digunakan untuk menentukan
kehadiran dan kuantitas.
Jadi definisi operasional
kreatifitas adalah suatu kemampuan untuk melakukan berbagai hal dalam konsep
kreatifitas yang baru dan terus dikembangangkan baik dari dalam maupun dari
luar.
KREATIVITAS VERBAL
Kata
kreativitas berasal dari kata sifat creative yang berarti pandai mencipta.
Sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses
yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinalitas
berpikir.
Menurut Komite Penasehat
Nasional Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya, keativitas merupakan bentuk
aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal,
murni, dan bermakna (Munandar, 1999b).
Guilford (1967) menjelaskan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Guilford juga menambahkan bahwa bentuk pemikiran
kreatif masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan, sebab, disekolah yang
dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis).
Hurlock
(1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock
menambahkan kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan
berbeda. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati
dan dinilai.
Menurut Jawwad (2004) kreativitas
adalah kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru,
serta memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian,
kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang melimpah.
Chandra (1994) menguraikan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis ketrampilan khas
manusia yang dapat melahirkan pengungkapan unik, berbeda, orisinal, sama sekali
baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
Maslow (dalam Schultz, 1991)
menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif
yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka, dan langsung
melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan suatu sifat
yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.
Munandar (1999b) menguraikan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan data
informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya
kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk
menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal
material, sosial, dan psikis.
Munadi (1987) memberikan batasan
kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan
metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan
bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang dihasilkan dari proses tersebut
tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan
aktivitas kreatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan
suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan orisinal dalam menciptakan suatu
gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan
bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di
dalam memecahkan suatu masalah.
2. Ciri-ciri individu yang kreatif
Munandar (1999a) menyatakan bahwa ciri individu yang kreatif menurut
para ahli psikologi antara lain adalah bebas dalam berpikir, mempunyai daya
imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai
inisiatif, bebas berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri,
tidak mau menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan tidak pernah bosan.
Lebih lanjut Munandar (1999a) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi
ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang
berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
a. Keterampilan berpikir lancar,
yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berpikir luwes,
yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda.
c. Keterampilan berpikir orisinal,
yaitu kemampuan melahirkan
ungkapan yang baru, unik, dan asli.
d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi),
yaitu kemampuan mengembangkan,
memperkaya, atau memperinci detil-detil dari suatu gagasan sehingga menjadi
lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi),
yaitu kemampuan menentukan
penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau
suatu tindakan itu bijaksana atau tidak
Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau
perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu : a) Rasa
ingin tahu; b) Bersifat imajinatif; c) Merasa tertantang oleh kemajemukan; d)
Berani mengambil risiko; e) Sifat menghargai.
Sund (dalam Nursito, 2000) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif
memiliki ciri-ciri yaitu
(a) mempunyai hasrat
ingin tahu, bersikap terhadap pengalaman baru,
(b) panjang akal,
(c) keinginan untuk menemukan dan meneliti,
(d) cenderung lebih suka melakukan tugas yang lebih berat dan sulit,
(e) berpikir fleksibel, bergairah, aktif dan berdedikasi dalam tugas,
(f) menanggapi pertanyaan dan mempunyai
kebiasaan untuk memberikan jawaban lebih banyak.
Berdasarkan uraian sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang kreatif adalah bebas dalam
berpikir dan bertindak, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin
mencari pengalaman baru, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, bebas
berpendapat, tidak pernah bosan, dan merasa tertantang oleh kemajemukan.
3. Aspek-aspek kreativitas
Guilford (Nursito, 2000)
menyatakan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Fluency,
yaitu kesigapan, keancaran untuk
menghasilkan banyak gagasan
2. Fleksibilitas,
yaitu kemampuan untuk menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam mengatasipersoalan.
3. Orisinalitas,
yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagsan yang asli.
4. Elaborasi,
yaitu kemampuan untuk melakukan
hal-hal secara detail atau terperinci.
5. Redefinition,
yaitu kemampan untuk merumuskan
batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang
lazim.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek
kreativitas adalah fluency (kelancaran), fleksibilitas, orisinalitas (murni),
elaborasi, dan redenifition.
KREATIFITAS VERBAL
1. Pengertian Kreativitas Verbal
Kreativitas verbal terdiri dari 2
kata, yaitu kreativitas dan verbal. Thrustone, yang dikutip Azwar (1996)
menyatakan bahwa verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan
penguasaan komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa
kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan
pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada
penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya
pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b)
mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang
terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal.
Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam
Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan melihat
hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk
mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang
mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan
prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa
kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang
menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama
besarnya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau
gagasan baru, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru
berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan
kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap
secara verbal.
2. Faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal.
Munandar (1999b) mengatakan bahwa
lingkungan yang responsif (keluarga, sekolah, dan masyarakat) merupakan faktor
utama terjadinya proses perkembangan inteligensi dan merupakan dasar yang kuat
untuk pertumbuhan kreativitas verbal.
Hurlock (1992) mengemukakan kondisi yang mempengaruhi kreativitas adalah :
a. Waktu.
Untuk menjadi kreatif, kegiatan
anak seharusnya jangan diatur, karena hal itu akan menyebabkan anak hanya
mempunyai sedikit waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep serta
mencobanya dalam bentuk baru.
b. Kesempatan menyendiri
Anak dapat menjadi kreatif bila tidak mendapat
tekanan dari kelompok sosial.
c. Dorongan
Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk
kreatif serta tidak mengejek atau mengkritik anak.
d. Sarana belajar dan bermain
untuk merangsang dorongan
eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang
Lingkungan rumah dan sekolah harus memberikan
bimbingan dan dorongan untuk merangsang kreativitas anak.
f. Hubungan orang tua
Orang tua yang tidak terlalu melindungi dan
tidak terlalu posesif akan sangat mendukung kreativitas anak.
g. Cara mendidik anak
Cara
mendidik yang demokratis dan permisif akan meningkatkan kreativitas, sedangkan
cara mendidik yang otoriter akan memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak
semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Menurut Kutner dan Kanto (dalam
Rismiati, 2002) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan kreativitas adalah :
a. Lingkungan didalam rumah maupun di sekolah yang merangsang belajar kreatif
Lingkungan kreatif tercipta dengan
memberikan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan dirumah maupun disekolah yang
menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu anak.
b. Pengaturan Fisik
Dengan menciptakan suasana nyaman dan santai
untuk merangsang imajinasi anak.
c. Konsentrasi
Akan menghasilkan ide-ide yang produktif
sampai menampilkan daya khayal anak untuk mengembangkan imajinasi anak.
d. Orang tua dan guru sebagai fasilitator
Orang tua dan guru harus bisa
menghilangkan ketakutan dan kecemasan yang menghambat pemikiran dan pemecahan
masalah secara kreatif.
Munandar (1988a) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal
adalah :
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran
seseorang.
b. Fleksibilitas (keluwesan)
yaitu kemampuan untuk menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
c. Orisinalitas (keaslian)
yaitu kemampuan seseorang untuk
mencetuskan gagasan asli.
d. Elaborasi
yaitu kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci.
Keempat faktor tersebut oleh Munandar digunakan untuk menyusun Tes Kreativitas
Verbal.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengauhi
kreativitas verbal adalah waktu, kesempatan menyendiri, sarana, lingkungan, dan
kesempatan memperoleh pengetahuan. Selain itu faktor lain yang juga
mempengaruhi kreativitas verbal adalah kelancaran berpikir (fluency of
thinking), fleksibilitas (keluwesan), originalitas (keaslian), dan elaborasi.
3. Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas Verbal
Menurut Lehman (dalam Hurlock,
1996) kreativitas akan melemah apabila dihambat oleh lingkungan seperti :
a. Kesehatan yang buruk
Dapat mematikan daya kreativitas anak karena
anak tidak mampu mengembangkan diri.
b. Lingkungan keluarga yang kurang baiK
Tidak memberi dorongan untuk meningkatkan
kreativitas.
c. Adanya tekanan ekonomi
Mempersulit anak untuk
mengembangkan bakat kreatifnya, bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku.
d. Kurangnya waktu luang
Tidak adanya kesempatan dan
kebebasan pada anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya.
Hurlock (1992) menambahkan kondisi yang dapat melemahkan kreativitas adalah:
a. Pembatasan eksploras
Kreativitas anak akan melemah bila orang tua
membatasi anaknya untuk bereksplorasi dan bertanya.
b. Pengaturan waktu yang terlalu ketat
Anak menjadi tidak kreatif jika terlalu
diatur, karena mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bebas berbuat sesuka
hati mereka.
c. Dorongan kebersamaan keluarga
Perkembangan kreativitas anak akan terganggu
bila keluarga selalu menuntut kegiatan bersama-sama, karena tidak mempedulikan
minat dan pilihan anak.
d. Membatasi khayalan
Hal ini dapat melemahkan
kreativitas, karena orang tua selalu menginginkan anaknya berpikiran realistis
dan beranggapan bahwa khayalan hanya membuang-buang waktu.
e. Penyediaan alat-alat permainan yang sangat terstruktur
Anak yang sering diberi mainan
yang sangat terstruktur, seperti boneka yang berpakaian lengkap, akan
kehilangan kesempatan untuk bermain.
f. Sikap orang tua yang konservatif
Orang tua yang bersikap seperti ini
biasanya takut menyimpang dari pola sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga
mereka selalu menemani kemana pun
anaknya pergi.
g. Orang tua yang terlalu melindungi
Jika orang tua terlalu melindungi
anak-anaknya, maka mereka mengurangi kesempatan bagi anaknya untuk mencari cara
mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menghambat kreativitas verbal
adalah : kesehatan yang buruk, lingkungan keluarga yang kurang baik, adanya
tekanan ekonomi, kurangnya waktu luang, pembatasan eksplorasi, membatasi
khayalan anak, sikap orang tua yang terlalu melindungi, dan pengaturan waktu
yang terlalu ketat.
4. Perkembangan Kreativitas Verbal
Bahtiar (Ali Sjahbana, 1983)
berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang memungkinkan kreativitas
berkembang adalah adanya kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk,
struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak
lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan. Pada keadaan tertentu
orang-orang yang berhubungan satu sama lain bisa merasa kurang senang, tidak
puas, dengan bentuk dan sifat-sifat hubungan mereka, sehingga mereka merasakan
perlu penciptaan bentuk-bentuk, pola-pola atau sistem hubungan yang baru.
Soemardjan (1983) menekankan bahwa timbul, tumbuh, dan berkembangnya
kreativitas individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh
masyarakat tempat individu tersebut tinggal.
Munandar (1999a) menyebutkan bahwa mengembangkan kreativitas meliputi:
a. Pengembangan segi kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang
kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir.
b. Pengembangan segi afektif antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan
minat untuk bersibuk diri secara kreatif.
c. Pengembangan segi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya
dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas verbal meliputi segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Selain itu pengaruh kebudayaan serta pengaruh
masyarakat tempat individu tersebut tinggal juga dapat mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya kreativitas verbal.