Berfikir kreatif merupakan cara berfikir dimana individu mencoba menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah.
dalam
berfikir kreatif ini seseorang dituntut untuk dapat memiliki lebih dari satu
jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi.
Pribadi Kreatif
Setiap pribadi individu diyakini memiliki kreatifitas masing-masing. Selama individu itu masih menggunakan ide dan pemikiran dalam menjalani kehidupannya maka selama itu pula ia dapat dikatakan berusaha mengeluarkan segenap kemampuan kreatifitasnya. Psikologi memandang bahwa pribadi kreatif dapat ditinjau dari perspektif humanistik dan psikoanalisa.
Humanistik
Humanistik memandang perilaku pribadi individu dari sudut pandang pengaruh perilaku atau akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. Pada contoh mahasiswa yang mengerjakan tugas dari dosen dengan cara menyalin kepunyaan temannya, humanistik memunculkan pertanyaan bagaimana perilaku menyalin pekerjaan teman dapat mempengaruhi perasaan temannya itu terhadap diri sang mahasiswa? Apakah dirinya bisa merasa puas dengan kenyataan bahwa dia belum mampu mengerjakan tugas tersebut secara mandiri? Pertanyaan semacam ini menjadi penting dari sisi perspektif Humanistik.
Humanistik memiliki perspektif yang menekankan perasaan orang tentang self. Dari sudut pandang ini, orang yang melakukan sesuatu apapun yang dilakukan entah baik atau buruk mungkin dilihat sebagai bagian dari penyelidikannya tentang kompetensi, prestasi dan harga dirinya. Idealnya atau diharapkan, pada suatu saat nanti orang tersebut akan menemukan cara meningkatkan perasaannya dengan berbuat yang terbaik untuk dirinya tanpa menghambat atau mengganggu orang lain.
Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan bagian dari perspektif yang lebih luas yang disebut psikodinamika. Psikodinamika merupakan suatu perspektif yang fokus pada peran perasaan dan impuls-impuls yang dikira tidak disadari. Salah satu kunci gagasan psikodinamika adalah bahwa ketika impuls-impuls itu tidak dapat diterima, atau ketika impuls tersebut membuat kita cemas, kita menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk mengurangi kecemasan dimana diantara mekanisme pertahanan diri adalah displacement. Misal ketika mahasiswa sudah merasa kesulitan mengerjakan tugas pada saat baru membaca persoalannya saja, mahasiswa tersebut mengalihkan pemikirannya dari mengerjakan secara mandiri menjadi menyalin kepunyaan temannya. Atau pada orang yang sedang dalam kondisi terdesak dalam suatu permasalahan dan seakan semua alternatif pemecahan masalah dirasakan menemui kebuntuan maka pikirannya “dipaksa” bekerja keras mencari ide dan pemikiran supaya alternatif pemecahan baru terhadap permasalahan dapat segera ditemukan.
Proses Kreatif
Proses kreatif merupakan gambaran nyata dalam menjelaskan bagaimana kreativitas terjadi. Proses kreatif melalui tahap atau langkah yang terjadi pada saat orang berperilaku kreatif. Sebagian besar penelitian awal berfokus pada bagaimana orang-orang yang sangat kreatif menggambarkan proses mental yang mereka alami untuk menciptakan produk-produk apa pun yang mereka ciptakan.
Pribadi Kreatif
Setiap pribadi individu diyakini memiliki kreatifitas masing-masing. Selama individu itu masih menggunakan ide dan pemikiran dalam menjalani kehidupannya maka selama itu pula ia dapat dikatakan berusaha mengeluarkan segenap kemampuan kreatifitasnya. Psikologi memandang bahwa pribadi kreatif dapat ditinjau dari perspektif humanistik dan psikoanalisa.
Humanistik
Humanistik memandang perilaku pribadi individu dari sudut pandang pengaruh perilaku atau akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. Pada contoh mahasiswa yang mengerjakan tugas dari dosen dengan cara menyalin kepunyaan temannya, humanistik memunculkan pertanyaan bagaimana perilaku menyalin pekerjaan teman dapat mempengaruhi perasaan temannya itu terhadap diri sang mahasiswa? Apakah dirinya bisa merasa puas dengan kenyataan bahwa dia belum mampu mengerjakan tugas tersebut secara mandiri? Pertanyaan semacam ini menjadi penting dari sisi perspektif Humanistik.
Humanistik memiliki perspektif yang menekankan perasaan orang tentang self. Dari sudut pandang ini, orang yang melakukan sesuatu apapun yang dilakukan entah baik atau buruk mungkin dilihat sebagai bagian dari penyelidikannya tentang kompetensi, prestasi dan harga dirinya. Idealnya atau diharapkan, pada suatu saat nanti orang tersebut akan menemukan cara meningkatkan perasaannya dengan berbuat yang terbaik untuk dirinya tanpa menghambat atau mengganggu orang lain.
Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan bagian dari perspektif yang lebih luas yang disebut psikodinamika. Psikodinamika merupakan suatu perspektif yang fokus pada peran perasaan dan impuls-impuls yang dikira tidak disadari. Salah satu kunci gagasan psikodinamika adalah bahwa ketika impuls-impuls itu tidak dapat diterima, atau ketika impuls tersebut membuat kita cemas, kita menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk mengurangi kecemasan dimana diantara mekanisme pertahanan diri adalah displacement. Misal ketika mahasiswa sudah merasa kesulitan mengerjakan tugas pada saat baru membaca persoalannya saja, mahasiswa tersebut mengalihkan pemikirannya dari mengerjakan secara mandiri menjadi menyalin kepunyaan temannya. Atau pada orang yang sedang dalam kondisi terdesak dalam suatu permasalahan dan seakan semua alternatif pemecahan masalah dirasakan menemui kebuntuan maka pikirannya “dipaksa” bekerja keras mencari ide dan pemikiran supaya alternatif pemecahan baru terhadap permasalahan dapat segera ditemukan.
Proses Kreatif
Proses kreatif merupakan gambaran nyata dalam menjelaskan bagaimana kreativitas terjadi. Proses kreatif melalui tahap atau langkah yang terjadi pada saat orang berperilaku kreatif. Sebagian besar penelitian awal berfokus pada bagaimana orang-orang yang sangat kreatif menggambarkan proses mental yang mereka alami untuk menciptakan produk-produk apa pun yang mereka ciptakan.
Proses kreatif dapat dilihat dari perspektif
Teori Wallace dan Teori Belahan Otak.
Teori Wallace
Dalam berfikir kreatif, proses yang terjadi melalui beberapa tahapan tertentu. Suatu ide atau pemikiran tidak bisa tiba-tiba muncul di dalam benak kita. Ide-i de muncul setelah berbagai macam simbol diolah di alam bawah sadar kita. Wallace (1926) berusaha menggambarkan proses kreatif dan berpendapat bahwa proses itu memiliki empat tahapan yaitu persiapan, memeriksa peluang dan tantangan yang ada dari segala aspek; dalam masa persiapan seorang individu memformulasikan masalahnya dan mnegumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk dipilah mana peluang dan tantangan dalam upaya memecahkan masalah. Walaupun terkadang sudah berkonsentrasi lama pemecahan masalah belum muncul juga.
inkubasi, memikirkan masalah secara utuh dan komprehensif; Individu berusaha mencari segala macam cara yang dimungkinkan untuk menghasilkan kreatifitas. Bisa saja ide baru yang digunakan atau ide yang sudah terpendam dalam pengalaman individu tersebut. Pengalaman dapat menjadi kunci bagi kemunculan ide baru atau pemecahan masalah.
iluminasi, kemunculan ide dan pemikiran; ide kreatif bisa saja muncul dengan sendirinya dan individu terkadang mengalami insight.
verifikasi, pemeriksaan validitas ide dan penyempurnaannya kepada bentuk ide yang lebih tepat. Tujuannya adalah untuk menilai apakah ide pemikiran tersebut sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan dan penyesuaian.
Teori Belahan Otak Kanan dan kiri
Otak manusia adalah pusat berfikir, berperilaku serta pusat emosi yang mencerminkan seluruh dirinya (self hood), kejiwaannya, serta bahasanya dan ingatannya. Seorang filsuf Rene Descartes pernah mengatakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran manusia dapat diibaratkan sebagai pengendara, sedangkan badan manusia sebagai kudanya. Semiawan (1994) pernah mengukur berat otak manusia dan dipatkan bahwa berat otak manusia hanyalah satu setengah kilogram saja. Perbandingan ukuran yang sangat kecil untuk fungsi dan kegunaan yang luar biasa.
Adalah Cerebral ortex otak yang dibagi menjadi dua belahan yang dihubungkan oleh segumpal serabut yang disebut corpur callosum. Kedua belahan otak itu adalah
Belahan otak kanan, yang menguasai belahan kiri badan. berfungsi untuk berfikir holistik, spasial, metaforik, dan lebih banyak menyerap untuk matematika, sintesa, mengetahui sesuatu secara intuitif dan elaborasi, serta variabel dan dimensi humanistik mistik.
Belahan otak kiri, yang menguasai belahan kanan badan. Berfungsi untuk berfikir rasional, analitis, berurutan, linear, scientific, seperti belajar membaca, bahasa, aspek berhitung dari matematika.
Respons, tugas dan fungsi belahan otak kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seseorang mengalami realitas secara berbeda beda dan unik.
Menurut eugene raudsepp dalam bukunya how creative are you?1981, dalam kebudayaan Amerika pun belahan otak kiri ternyata lebih dominan dan dikembangkan secara berlebihan.
Teori Wallace
Dalam berfikir kreatif, proses yang terjadi melalui beberapa tahapan tertentu. Suatu ide atau pemikiran tidak bisa tiba-tiba muncul di dalam benak kita. Ide-i de muncul setelah berbagai macam simbol diolah di alam bawah sadar kita. Wallace (1926) berusaha menggambarkan proses kreatif dan berpendapat bahwa proses itu memiliki empat tahapan yaitu persiapan, memeriksa peluang dan tantangan yang ada dari segala aspek; dalam masa persiapan seorang individu memformulasikan masalahnya dan mnegumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk dipilah mana peluang dan tantangan dalam upaya memecahkan masalah. Walaupun terkadang sudah berkonsentrasi lama pemecahan masalah belum muncul juga.
inkubasi, memikirkan masalah secara utuh dan komprehensif; Individu berusaha mencari segala macam cara yang dimungkinkan untuk menghasilkan kreatifitas. Bisa saja ide baru yang digunakan atau ide yang sudah terpendam dalam pengalaman individu tersebut. Pengalaman dapat menjadi kunci bagi kemunculan ide baru atau pemecahan masalah.
iluminasi, kemunculan ide dan pemikiran; ide kreatif bisa saja muncul dengan sendirinya dan individu terkadang mengalami insight.
verifikasi, pemeriksaan validitas ide dan penyempurnaannya kepada bentuk ide yang lebih tepat. Tujuannya adalah untuk menilai apakah ide pemikiran tersebut sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan dan penyesuaian.
Teori Belahan Otak Kanan dan kiri
Otak manusia adalah pusat berfikir, berperilaku serta pusat emosi yang mencerminkan seluruh dirinya (self hood), kejiwaannya, serta bahasanya dan ingatannya. Seorang filsuf Rene Descartes pernah mengatakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran manusia dapat diibaratkan sebagai pengendara, sedangkan badan manusia sebagai kudanya. Semiawan (1994) pernah mengukur berat otak manusia dan dipatkan bahwa berat otak manusia hanyalah satu setengah kilogram saja. Perbandingan ukuran yang sangat kecil untuk fungsi dan kegunaan yang luar biasa.
Adalah Cerebral ortex otak yang dibagi menjadi dua belahan yang dihubungkan oleh segumpal serabut yang disebut corpur callosum. Kedua belahan otak itu adalah
Belahan otak kanan, yang menguasai belahan kiri badan. berfungsi untuk berfikir holistik, spasial, metaforik, dan lebih banyak menyerap untuk matematika, sintesa, mengetahui sesuatu secara intuitif dan elaborasi, serta variabel dan dimensi humanistik mistik.
Belahan otak kiri, yang menguasai belahan kanan badan. Berfungsi untuk berfikir rasional, analitis, berurutan, linear, scientific, seperti belajar membaca, bahasa, aspek berhitung dari matematika.
Respons, tugas dan fungsi belahan otak kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seseorang mengalami realitas secara berbeda beda dan unik.
Menurut eugene raudsepp dalam bukunya how creative are you?1981, dalam kebudayaan Amerika pun belahan otak kiri ternyata lebih dominan dan dikembangkan secara berlebihan.
Menurut Peter Reusseli (1979), bahwa dalam
budaya barat pun orang lebih cenderung mengutamakan berfikir rasional,
kemampuan ekspresi diri sendiri secara verbal, membaca dengan baik dan bagus
dalam berfikir analitis. Kondisi kita tampaknya sama dengan dua kondisi
tersebut, kita biasanya kurang mengembangkan kebenaran spatial, apresiasi
artistik, proses kreatif dan pemikiran intuitif, yang kesemuanya itu sering
diasosiasikan dengan belahan otak kanan.
selanjutnya
Reudsepp (1981) merinci dikotomi belahan otak berikut ini:
-Belahan Otak kiri
-Logis, analitis, kronologis, linier
-Berfikir Konvergen
-Rasional
-Proses yang disadari
-Pemaknaan harfiah
-Verbal
-Abstrak
-Kausal
-Eksplisit (diperlihatkan)
-Terkendali, konsisten
-Cara berfikir realistis
-Biasanya dominan
-Intelektual, formal
-Kesadaran memusat secara tajam
-Aktif
-Mengatur waktu dengan urutan yang teratur
-Matematis, ilmiah
-Berdasarkan petunjuk
-Berdasarkan dalil-dalil
-Objektif
-Pengetahuan umum
-Suka menilai
-Belahan Otak Kanan
-Intuitif, holistik, gestalt, tidak linier
-Berfikir divergen
-Irasional
-Proses prasadar dan bawah sadar
-Pemaknaan metaforis/analogi
-Nonverbal
-Konkrit
-Tanpa sebab (akausal)
-Tidak diperlihatkan (walau sudah mengerti)
-Dipengaruhi emosi
-Fantasi, mimpi-mimpi
-Tidak dominan (diam)
-Lebih menggunakan perasaan, menyukai eksperimen
-Kesadaran menyebar
-Resptif (bisa menerima)
-Tidak memperhitungkan waktu secara teratur
-Artistik, musikus, simbolis
-Bebas, menyukai asosiasi, toleran terhadap ambiguitas
-Imajinatif
-Subjektif
-Pengetahuan individual
-Tidak suka menilai dan mengkritik
-Belahan Otak kiri
-Logis, analitis, kronologis, linier
-Berfikir Konvergen
-Rasional
-Proses yang disadari
-Pemaknaan harfiah
-Verbal
-Abstrak
-Kausal
-Eksplisit (diperlihatkan)
-Terkendali, konsisten
-Cara berfikir realistis
-Biasanya dominan
-Intelektual, formal
-Kesadaran memusat secara tajam
-Aktif
-Mengatur waktu dengan urutan yang teratur
-Matematis, ilmiah
-Berdasarkan petunjuk
-Berdasarkan dalil-dalil
-Objektif
-Pengetahuan umum
-Suka menilai
-Belahan Otak Kanan
-Intuitif, holistik, gestalt, tidak linier
-Berfikir divergen
-Irasional
-Proses prasadar dan bawah sadar
-Pemaknaan metaforis/analogi
-Nonverbal
-Konkrit
-Tanpa sebab (akausal)
-Tidak diperlihatkan (walau sudah mengerti)
-Dipengaruhi emosi
-Fantasi, mimpi-mimpi
-Tidak dominan (diam)
-Lebih menggunakan perasaan, menyukai eksperimen
-Kesadaran menyebar
-Resptif (bisa menerima)
-Tidak memperhitungkan waktu secara teratur
-Artistik, musikus, simbolis
-Bebas, menyukai asosiasi, toleran terhadap ambiguitas
-Imajinatif
-Subjektif
-Pengetahuan individual
-Tidak suka menilai dan mengkritik
Pendorong Kreatif
Pribadi individu setiap saat berada pada keadaan mendorong atau memberikan tekanan untuk berpikir dan mengeluarkan ide. Dorongan atau pressure untuk kreatif itu mengacu pada lingkungan dimana individu itu berada, atau lingkungan dimana produk itu dihasilkan, atau proses kreatif itu terjadi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dan segala sesuatu yang mempengaruhi keadaan dimana terjadi kreativitas. VanGundy (1985) mengidentifikasi tiga kategori yang mempengaruhi keadaan yang memunculkan kreatifitas yaitu: internal, eksternal dan hubungan interpersonal.
Pribadi individu setiap saat berada pada keadaan mendorong atau memberikan tekanan untuk berpikir dan mengeluarkan ide. Dorongan atau pressure untuk kreatif itu mengacu pada lingkungan dimana individu itu berada, atau lingkungan dimana produk itu dihasilkan, atau proses kreatif itu terjadi. Hal ini berkaitan dengan keadaan dan segala sesuatu yang mempengaruhi keadaan dimana terjadi kreativitas. VanGundy (1985) mengidentifikasi tiga kategori yang mempengaruhi keadaan yang memunculkan kreatifitas yaitu: internal, eksternal dan hubungan interpersonal.
Khusus Hubungan interpersonal dengan orang
lain adalah kondisi saling mempengaruhi antara diri pribadi dengan orang lain. Internal
berkaitan dengan pribadi seseorang yang dipengaruhi keadaan eksternal. Setiap
pribadi individu dikaruniai sumberdaya dan potensi yang sangat luar biasa oleh
sang Pencipta. Semua entitas dalam tubuh manusia sebagai individu memiliki
fungsi dan kegunaan masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain
membentuk sistem-sistem. Bahkan sistem-sistem tersebut membentuk kesatuan utuh
yang membuat individu dapat hidup dan menjalankan kehidupannya.
Namun, individu juga tidak dapat terlepas dari keadaan eksternal yang baik langsung maupun idak langsung mempengaruhi individu. Dalam ranah kreatifitas, individu jelas sekali dapat menggunakan potensi menggali ide dan pemikiran sebanyak-banyaknya tanpa batas ukuran tertentu. Keadaan eksternal bisa berupa apa saja baik keadaan yang menunjang kemunculan kreatifitas atau malah keadaan yang menghambat kemunculan kreatifitas.
Pada kenyataannya, tidak semua keadaan yang tidak mengenakkan merupakan faktor penghambat dalam munculnya kreatifitas. Justru terkadang dalam kondisi terdesak, individu bisa mengeluarkan segenap kemampuan pemikirannya menghasilkan ide kreatif untuk memecahkan permasalahannya.
Eksternal adalah faktor yang ada di sekeliling orang, produk atau proses. Faktor eksternal memang sangat mempengaruhi kemunculan kreatifitas. Pengaruh tersebut bisa terhadap orangnya atau individunya, misal adanya panorama alam yang dapat menginspirasi seorang pelukis untuk mengeluarkan kreatifitasnya dalam membuat lukisan. Atau pengaruh tersebut bisa saja mempengaruhi produk kreatifitas, misal saat harga kertas melonjak tajam maka para pengusaha kartu ucapan memproduksi kartu dari kertas daur ulang.
Dan faktor eksternal pun turut mempengaruhi proses kreatifitas misal pembuatan suatu benda kerajinan miniatur kapal layar akan sangat berbeda proses pengerjaannya bila dipengaruhi waktu pengerjaan (antara waktu pengerjaan normal dengan waktu penyelesaian target pesanan).
Produk Kreatif
Produk kreatifitas berasal dari setiap atau semua jenis usaha manusia. Produk dapat diciptakan oleh sekelompok orang atau individu, dan dapat memiliki beragam kegunaan dan manfaat.
Produk kreatifitas, seperti dijelaskan oleh Besemer & O’Quin (1987), memiliki tiga karakteristik. yaitu: kebaruan/novelty, menggambarkan keaslian atau kebaruan produk (orisinalitas, germinality, dan transformality); resolusi, Bagaimana tujuan produk yang diciptakan itu tercapai; sintesis, bagaimana produk mengatasi bahkan melampaui tantangan yang ada.
Namun, individu juga tidak dapat terlepas dari keadaan eksternal yang baik langsung maupun idak langsung mempengaruhi individu. Dalam ranah kreatifitas, individu jelas sekali dapat menggunakan potensi menggali ide dan pemikiran sebanyak-banyaknya tanpa batas ukuran tertentu. Keadaan eksternal bisa berupa apa saja baik keadaan yang menunjang kemunculan kreatifitas atau malah keadaan yang menghambat kemunculan kreatifitas.
Pada kenyataannya, tidak semua keadaan yang tidak mengenakkan merupakan faktor penghambat dalam munculnya kreatifitas. Justru terkadang dalam kondisi terdesak, individu bisa mengeluarkan segenap kemampuan pemikirannya menghasilkan ide kreatif untuk memecahkan permasalahannya.
Eksternal adalah faktor yang ada di sekeliling orang, produk atau proses. Faktor eksternal memang sangat mempengaruhi kemunculan kreatifitas. Pengaruh tersebut bisa terhadap orangnya atau individunya, misal adanya panorama alam yang dapat menginspirasi seorang pelukis untuk mengeluarkan kreatifitasnya dalam membuat lukisan. Atau pengaruh tersebut bisa saja mempengaruhi produk kreatifitas, misal saat harga kertas melonjak tajam maka para pengusaha kartu ucapan memproduksi kartu dari kertas daur ulang.
Dan faktor eksternal pun turut mempengaruhi proses kreatifitas misal pembuatan suatu benda kerajinan miniatur kapal layar akan sangat berbeda proses pengerjaannya bila dipengaruhi waktu pengerjaan (antara waktu pengerjaan normal dengan waktu penyelesaian target pesanan).
Produk Kreatif
Produk kreatifitas berasal dari setiap atau semua jenis usaha manusia. Produk dapat diciptakan oleh sekelompok orang atau individu, dan dapat memiliki beragam kegunaan dan manfaat.
Produk kreatifitas, seperti dijelaskan oleh Besemer & O’Quin (1987), memiliki tiga karakteristik. yaitu: kebaruan/novelty, menggambarkan keaslian atau kebaruan produk (orisinalitas, germinality, dan transformality); resolusi, Bagaimana tujuan produk yang diciptakan itu tercapai; sintesis, bagaimana produk mengatasi bahkan melampaui tantangan yang ada.
Kreativitas
dalam perkembangannya sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.
2. Aspek Pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
3. Aspek Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.
4. Aspek Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001:301) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, hatap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan Mendifinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut
1. Aspek Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.
2. Aspek Pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
3. Aspek Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.
4. Aspek Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001:301) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, hatap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan Mendifinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5. Aplikasi Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut
Proses
Kreatif menurut David Cambell urutannya sebagai berikut
1. Persiapan (preparation)
1. Persiapan (preparation)
Meletakan dasar, mempelajari latar
belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli
kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu
bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung
dan lama berpikir dalam bidang itu. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan
dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan
bertahan, bukan oleh loncatan yang tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2. Konsentrasi (concentration)
2. Konsentrasi (concentration)
Sepenuhnya memikirkan, masuk luluh,
terserap dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius,
perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan.
Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu menimbang-nimbang, waktu
menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan error .
3. Inkubasi (incubation)
3. Inkubasi (incubation)
Mengambil waktu untuk meninggalkan
perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang
terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika
diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita
pecahkan. Inkubasi merupakan saat di mana sedikit demi sedikit kita bebaskan
dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4. Iluminasi
Mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru Bagian paling nikmat dalam penciptaan, tahap AHA! Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara gambling, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya teras di batin, tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.
5. Verifikasi/ Produksi
Mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru Bagian paling nikmat dalam penciptaan, tahap AHA! Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara gambling, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya teras di batin, tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.
5. Verifikasi/ Produksi
Memastikan apakah solusi itu
benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah
merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus
dikerjakan. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara
kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan
bagian penting dalam karya kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham,
impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan, semuanya akan
lenyap bagai embun diterjang sinar matahari.
Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi maupun kelompok.
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought (Piirto,1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
(1) persiapan,
(2) inkubasi,
(3) iluminasi,
(4) verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya.
Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar.
Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insght” atau”aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
Maka orang kreatif harus memiliki kecakapan kerja baik secara pribadi maupun kelompok.
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought (Piirto,1992), yang mengatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu:
(1) persiapan,
(2) inkubasi,
(3) iluminasi,
(4) verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya.
Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/ informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar.
Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insght” atau”aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
Konsep adalah abstrak, entitas mental
yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas, dari suatu entitas,
kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata
adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa
dinyatakan dengan bahasa apa pun. Konsep bisa dinyatakan dengan ‘Hund’ dalam
bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol.
Operasional adalah batasan cara kerja atau petunjuk bagi peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan selama melakukan penelitian. juga dapat memberikan apakah suatu masalah dapat diteliti atau tidak, apakah suatu hipotesis memenuhi syarat dan diterima atau hipiotesis ditolak.
Operasional adalah batasan cara kerja atau petunjuk bagi peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan selama melakukan penelitian. juga dapat memberikan apakah suatu masalah dapat diteliti atau tidak, apakah suatu hipotesis memenuhi syarat dan diterima atau hipiotesis ditolak.
Kreativitas adalah proses mental yang
melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara
gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari
pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap
memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari
kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Ciri-ciri Kreativitas
Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
1.Ciri-ciri pokok
kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan.
2.Ciri-ciri yang memungkinkan
yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
3.Ciri-ciri sampingan
tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.
Ciri-ciri Kreativitas
Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
1.Ciri-ciri pokok
kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan.
2.Ciri-ciri yang memungkinkan
yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
3.Ciri-ciri sampingan
tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.
Definisi konsepsional Kreatifitas.
Definisi konsep menurut Arifin Abdurachman adalah suatu pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan. Konsep adalah kata istilah yang mengungkapkan suatu abtraksi yang dibentuk dengan generalisasi dari hal-hal khusus kejadian yang diamati. Definisi konsepsional atau definisi konsep disebut juga kerangka konsepsional.
Jadi definisi konsepsional kreatifitas adalah sesuatu yang menggambarkan adanya hubungan antara konsep yang khusus dengan konsep yang akan diteliti. Konsepsional juga digunakan untuk mendefinisikan pengertian didalam penelitian, agar tidak mengalami pembiasan dalam pengumpulan data hingga pada tahap analisis penelitian.
Definisi Operasional Kreatifitas
Definisi operasional menurut koentjaraningrat merupakan batu ujian terakhir apakah masalah dapat diselidiki atau tidak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi sebuah demonstrasi dari suatu proses – seperti sebuah variabel, istilah atau objek – dalam hal proses tertentu atau serangkaian tes validasi yang digunakan untuk menentukan kehadiran dan kuantitas.
Jadi definisi operasional kreatifitas adalah suatu kemampuan untuk melakukan berbagai hal dalam konsep kreatifitas yang baru dan terus dikembangangkan baik dari dalam maupun dari luar.
Definisi konsep menurut Arifin Abdurachman adalah suatu pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan. Konsep adalah kata istilah yang mengungkapkan suatu abtraksi yang dibentuk dengan generalisasi dari hal-hal khusus kejadian yang diamati. Definisi konsepsional atau definisi konsep disebut juga kerangka konsepsional.
Jadi definisi konsepsional kreatifitas adalah sesuatu yang menggambarkan adanya hubungan antara konsep yang khusus dengan konsep yang akan diteliti. Konsepsional juga digunakan untuk mendefinisikan pengertian didalam penelitian, agar tidak mengalami pembiasan dalam pengumpulan data hingga pada tahap analisis penelitian.
Definisi Operasional Kreatifitas
Definisi operasional menurut koentjaraningrat merupakan batu ujian terakhir apakah masalah dapat diselidiki atau tidak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi sebuah demonstrasi dari suatu proses – seperti sebuah variabel, istilah atau objek – dalam hal proses tertentu atau serangkaian tes validasi yang digunakan untuk menentukan kehadiran dan kuantitas.
Jadi definisi operasional kreatifitas adalah suatu kemampuan untuk melakukan berbagai hal dalam konsep kreatifitas yang baru dan terus dikembangangkan baik dari dalam maupun dari luar.
KREATIVITAS VERBAL
Kata
kreativitas berasal dari kata sifat creative yang berarti pandai mencipta.
Sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses
yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinalitas
berpikir.
Menurut Komite Penasehat Nasional Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya, keativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal, murni, dan bermakna (Munandar, 1999b).
Guilford (1967) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Guilford juga menambahkan bahwa bentuk pemikiran kreatif masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan, sebab, disekolah yang dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis).
Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.
Menurut Jawwad (2004) kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru, serta memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian, kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang melimpah.
Chandra (1994) menguraikan bahwa kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
Maslow (dalam Schultz, 1991) menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka, dan langsung melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.
Munandar (1999b) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial, dan psikis.
Munadi (1987) memberikan batasan kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan aktivitas kreatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Komite Penasehat Nasional Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya, keativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat orisinal, murni, dan bermakna (Munandar, 1999b).
Guilford (1967) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Guilford juga menambahkan bahwa bentuk pemikiran kreatif masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan, sebab, disekolah yang dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berfikir logis).
Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.
Menurut Jawwad (2004) kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru, serta memungkinkan untuk diaplikasikan, baik dalam bidang keilmuan, kesenian, kesusastraan, maupun bidang kehidupan lain yang melimpah.
Chandra (1994) menguraikan bahwa kreativitas merupakan kemampuan mental dan berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna.
Maslow (dalam Schultz, 1991) menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka, dan langsung melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.
Munandar (1999b) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial, dan psikis.
Munadi (1987) memberikan batasan kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan aktivitas kreatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan orisinal dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, dan bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah.
2. Ciri-ciri individu yang kreatif
Munandar (1999a) menyatakan bahwa ciri individu yang kreatif menurut para ahli psikologi antara lain adalah bebas dalam berpikir, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri, tidak mau menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan tidak pernah bosan.
Lebih lanjut Munandar (1999a) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
a. Keterampilan berpikir lancar,
yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berpikir luwes,
yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
c. Keterampilan berpikir orisinal,
yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli.
Munandar (1999a) menyatakan bahwa ciri individu yang kreatif menurut para ahli psikologi antara lain adalah bebas dalam berpikir, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri, tidak mau menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan tidak pernah bosan.
Lebih lanjut Munandar (1999a) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :
a. Keterampilan berpikir lancar,
yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berpikir luwes,
yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
c. Keterampilan berpikir orisinal,
yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru, unik, dan asli.
d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi),
yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detil-detil dari suatu gagasan sehingga menjadi lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi),
yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak
Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu : a) Rasa ingin tahu; b) Bersifat imajinatif; c) Merasa tertantang oleh kemajemukan; d) Berani mengambil risiko; e) Sifat menghargai.
Sund (dalam Nursito, 2000) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri yaitu
yaitu kemampuan mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detil-detil dari suatu gagasan sehingga menjadi lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi),
yaitu kemampuan menentukan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak
Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu : a) Rasa ingin tahu; b) Bersifat imajinatif; c) Merasa tertantang oleh kemajemukan; d) Berani mengambil risiko; e) Sifat menghargai.
Sund (dalam Nursito, 2000) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri yaitu
(a) mempunyai hasrat
ingin tahu, bersikap terhadap pengalaman baru,
(b) panjang akal,
(c) keinginan untuk menemukan dan meneliti,
(d) cenderung lebih suka melakukan tugas yang lebih berat dan sulit,
(e) berpikir fleksibel, bergairah, aktif dan berdedikasi dalam tugas,
(f) menanggapi pertanyaan dan mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban lebih banyak.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, tidak pernah bosan, dan merasa tertantang oleh kemajemukan.
(b) panjang akal,
(c) keinginan untuk menemukan dan meneliti,
(d) cenderung lebih suka melakukan tugas yang lebih berat dan sulit,
(e) berpikir fleksibel, bergairah, aktif dan berdedikasi dalam tugas,
(f) menanggapi pertanyaan dan mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban lebih banyak.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak, mempunyai daya imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, bebas berpendapat, tidak pernah bosan, dan merasa tertantang oleh kemajemukan.
3. Aspek-aspek kreativitas
Guilford (Nursito, 2000) menyatakan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Fluency,
yaitu kesigapan, keancaran untuk menghasilkan banyak gagasan
2. Fleksibilitas,
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasipersoalan.
3. Orisinalitas,
yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagsan yang asli.
4. Elaborasi,
yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau terperinci.
5. Redefinition,
yaitu kemampan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah fluency (kelancaran), fleksibilitas, orisinalitas (murni), elaborasi, dan redenifition.
Guilford (Nursito, 2000) menyatakan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Fluency,
yaitu kesigapan, keancaran untuk menghasilkan banyak gagasan
2. Fleksibilitas,
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasipersoalan.
3. Orisinalitas,
yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagsan yang asli.
4. Elaborasi,
yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau terperinci.
5. Redefinition,
yaitu kemampan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek kreativitas adalah fluency (kelancaran), fleksibilitas, orisinalitas (murni), elaborasi, dan redenifition.
KREATIFITAS VERBAL
1. Pengertian Kreativitas Verbal
Kreativitas verbal terdiri dari 2 kata, yaitu kreativitas dan verbal. Thrustone, yang dikutip Azwar (1996) menyatakan bahwa verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan melihat hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau gagasan baru, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal.
1. Pengertian Kreativitas Verbal
Kreativitas verbal terdiri dari 2 kata, yaitu kreativitas dan verbal. Thrustone, yang dikutip Azwar (1996) menyatakan bahwa verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan melihat hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau gagasan baru, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal.
2. Faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal.
Munandar (1999b) mengatakan bahwa lingkungan yang responsif (keluarga, sekolah, dan masyarakat) merupakan faktor utama terjadinya proses perkembangan inteligensi dan merupakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan kreativitas verbal.
Hurlock (1992) mengemukakan kondisi yang mempengaruhi kreativitas adalah :
a. Waktu.
Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur, karena hal itu akan menyebabkan anak hanya mempunyai sedikit waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep serta mencobanya dalam bentuk baru.
b. Kesempatan menyendiri
Anak dapat menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial.
c. Dorongan
Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk kreatif serta tidak mengejek atau mengkritik anak.
d. Sarana belajar dan bermain
untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang
Lingkungan rumah dan sekolah harus memberikan bimbingan dan dorongan untuk merangsang kreativitas anak.
f. Hubungan orang tua
Orang tua yang tidak terlalu melindungi dan tidak terlalu posesif akan sangat mendukung kreativitas anak.
g. Cara mendidik anak
Cara mendidik yang demokratis dan permisif akan meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter akan memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Menurut Kutner dan Kanto (dalam Rismiati, 2002) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan kreativitas adalah :
a. Lingkungan didalam rumah maupun di sekolah yang merangsang belajar kreatif
Lingkungan kreatif tercipta dengan memberikan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan dirumah maupun disekolah yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu anak.
b. Pengaturan Fisik
Dengan menciptakan suasana nyaman dan santai untuk merangsang imajinasi anak.
c. Konsentrasi
Akan menghasilkan ide-ide yang produktif sampai menampilkan daya khayal anak untuk mengembangkan imajinasi anak.
d. Orang tua dan guru sebagai fasilitator
Orang tua dan guru harus bisa menghilangkan ketakutan dan kecemasan yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Munandar (1988a) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal adalah :
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang.
b. Fleksibilitas (keluwesan)
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
c. Orisinalitas (keaslian)
yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli.
d. Elaborasi
yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci.
Keempat faktor tersebut oleh Munandar digunakan untuk menyusun Tes Kreativitas Verbal.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengauhi kreativitas verbal adalah waktu, kesempatan menyendiri, sarana, lingkungan, dan kesempatan memperoleh pengetahuan. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi kreativitas verbal adalah kelancaran berpikir (fluency of thinking), fleksibilitas (keluwesan), originalitas (keaslian), dan elaborasi.
Munandar (1999b) mengatakan bahwa lingkungan yang responsif (keluarga, sekolah, dan masyarakat) merupakan faktor utama terjadinya proses perkembangan inteligensi dan merupakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan kreativitas verbal.
Hurlock (1992) mengemukakan kondisi yang mempengaruhi kreativitas adalah :
a. Waktu.
Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur, karena hal itu akan menyebabkan anak hanya mempunyai sedikit waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep serta mencobanya dalam bentuk baru.
b. Kesempatan menyendiri
Anak dapat menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial.
c. Dorongan
Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk kreatif serta tidak mengejek atau mengkritik anak.
d. Sarana belajar dan bermain
untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang
Lingkungan rumah dan sekolah harus memberikan bimbingan dan dorongan untuk merangsang kreativitas anak.
f. Hubungan orang tua
Orang tua yang tidak terlalu melindungi dan tidak terlalu posesif akan sangat mendukung kreativitas anak.
g. Cara mendidik anak
Cara mendidik yang demokratis dan permisif akan meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter akan memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
Menurut Kutner dan Kanto (dalam Rismiati, 2002) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan kreativitas adalah :
a. Lingkungan didalam rumah maupun di sekolah yang merangsang belajar kreatif
Lingkungan kreatif tercipta dengan memberikan pertanyaan terbuka, dapat dilakukan dirumah maupun disekolah yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu anak.
b. Pengaturan Fisik
Dengan menciptakan suasana nyaman dan santai untuk merangsang imajinasi anak.
c. Konsentrasi
Akan menghasilkan ide-ide yang produktif sampai menampilkan daya khayal anak untuk mengembangkan imajinasi anak.
d. Orang tua dan guru sebagai fasilitator
Orang tua dan guru harus bisa menghilangkan ketakutan dan kecemasan yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Munandar (1988a) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal adalah :
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang.
b. Fleksibilitas (keluwesan)
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
c. Orisinalitas (keaslian)
yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli.
d. Elaborasi
yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci.
Keempat faktor tersebut oleh Munandar digunakan untuk menyusun Tes Kreativitas Verbal.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengauhi kreativitas verbal adalah waktu, kesempatan menyendiri, sarana, lingkungan, dan kesempatan memperoleh pengetahuan. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi kreativitas verbal adalah kelancaran berpikir (fluency of thinking), fleksibilitas (keluwesan), originalitas (keaslian), dan elaborasi.
3. Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas Verbal
Menurut Lehman (dalam Hurlock, 1996) kreativitas akan melemah apabila dihambat oleh lingkungan seperti :
a. Kesehatan yang buruk
Dapat mematikan daya kreativitas anak karena anak tidak mampu mengembangkan diri.
b. Lingkungan keluarga yang kurang baiK
Tidak memberi dorongan untuk meningkatkan kreativitas.
c. Adanya tekanan ekonomi
Mempersulit anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya, bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku.
d. Kurangnya waktu luang
Tidak adanya kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya.
Hurlock (1992) menambahkan kondisi yang dapat melemahkan kreativitas adalah:
a. Pembatasan eksploras
Kreativitas anak akan melemah bila orang tua membatasi anaknya untuk bereksplorasi dan bertanya.
b. Pengaturan waktu yang terlalu ketat
Anak menjadi tidak kreatif jika terlalu diatur, karena mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bebas berbuat sesuka hati mereka.
c. Dorongan kebersamaan keluarga
Perkembangan kreativitas anak akan terganggu bila keluarga selalu menuntut kegiatan bersama-sama, karena tidak mempedulikan minat dan pilihan anak.
d. Membatasi khayalan
Hal ini dapat melemahkan kreativitas, karena orang tua selalu menginginkan anaknya berpikiran realistis dan beranggapan bahwa khayalan hanya membuang-buang waktu.
e. Penyediaan alat-alat permainan yang sangat terstruktur
Anak yang sering diberi mainan yang sangat terstruktur, seperti boneka yang berpakaian lengkap, akan kehilangan kesempatan untuk bermain.
f. Sikap orang tua yang konservatif
Orang tua yang bersikap seperti ini biasanya takut menyimpang dari pola sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka selalu menemani kemana pun anaknya pergi.
g. Orang tua yang terlalu melindungi
Jika orang tua terlalu melindungi anak-anaknya, maka mereka mengurangi kesempatan bagi anaknya untuk mencari cara mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat kreativitas verbal adalah : kesehatan yang buruk, lingkungan keluarga yang kurang baik, adanya tekanan ekonomi, kurangnya waktu luang, pembatasan eksplorasi, membatasi khayalan anak, sikap orang tua yang terlalu melindungi, dan pengaturan waktu yang terlalu ketat.
Menurut Lehman (dalam Hurlock, 1996) kreativitas akan melemah apabila dihambat oleh lingkungan seperti :
a. Kesehatan yang buruk
Dapat mematikan daya kreativitas anak karena anak tidak mampu mengembangkan diri.
b. Lingkungan keluarga yang kurang baiK
Tidak memberi dorongan untuk meningkatkan kreativitas.
c. Adanya tekanan ekonomi
Mempersulit anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya, bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku.
d. Kurangnya waktu luang
Tidak adanya kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya.
Hurlock (1992) menambahkan kondisi yang dapat melemahkan kreativitas adalah:
a. Pembatasan eksploras
Kreativitas anak akan melemah bila orang tua membatasi anaknya untuk bereksplorasi dan bertanya.
b. Pengaturan waktu yang terlalu ketat
Anak menjadi tidak kreatif jika terlalu diatur, karena mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bebas berbuat sesuka hati mereka.
c. Dorongan kebersamaan keluarga
Perkembangan kreativitas anak akan terganggu bila keluarga selalu menuntut kegiatan bersama-sama, karena tidak mempedulikan minat dan pilihan anak.
d. Membatasi khayalan
Hal ini dapat melemahkan kreativitas, karena orang tua selalu menginginkan anaknya berpikiran realistis dan beranggapan bahwa khayalan hanya membuang-buang waktu.
e. Penyediaan alat-alat permainan yang sangat terstruktur
Anak yang sering diberi mainan yang sangat terstruktur, seperti boneka yang berpakaian lengkap, akan kehilangan kesempatan untuk bermain.
f. Sikap orang tua yang konservatif
Orang tua yang bersikap seperti ini biasanya takut menyimpang dari pola sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka selalu menemani kemana pun anaknya pergi.
g. Orang tua yang terlalu melindungi
Jika orang tua terlalu melindungi anak-anaknya, maka mereka mengurangi kesempatan bagi anaknya untuk mencari cara mengerjakan sesuatu yang baru atau berbeda.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat kreativitas verbal adalah : kesehatan yang buruk, lingkungan keluarga yang kurang baik, adanya tekanan ekonomi, kurangnya waktu luang, pembatasan eksplorasi, membatasi khayalan anak, sikap orang tua yang terlalu melindungi, dan pengaturan waktu yang terlalu ketat.
4. Perkembangan Kreativitas Verbal
Bahtiar (Ali Sjahbana, 1983) berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang memungkinkan kreativitas berkembang adalah adanya kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan. Pada keadaan tertentu orang-orang yang berhubungan satu sama lain bisa merasa kurang senang, tidak puas, dengan bentuk dan sifat-sifat hubungan mereka, sehingga mereka merasakan perlu penciptaan bentuk-bentuk, pola-pola atau sistem hubungan yang baru.
Soemardjan (1983) menekankan bahwa timbul, tumbuh, dan berkembangnya kreativitas individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal.
Munandar (1999a) menyebutkan bahwa mengembangkan kreativitas meliputi:
a. Pengembangan segi kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir.
b. Pengembangan segi afektif antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif.
c. Pengembangan segi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas verbal meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal juga dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kreativitas verbal.
Bahtiar (Ali Sjahbana, 1983) berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang memungkinkan kreativitas berkembang adalah adanya kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan. Pada keadaan tertentu orang-orang yang berhubungan satu sama lain bisa merasa kurang senang, tidak puas, dengan bentuk dan sifat-sifat hubungan mereka, sehingga mereka merasakan perlu penciptaan bentuk-bentuk, pola-pola atau sistem hubungan yang baru.
Soemardjan (1983) menekankan bahwa timbul, tumbuh, dan berkembangnya kreativitas individu tidak lepas dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal.
Munandar (1999a) menyebutkan bahwa mengembangkan kreativitas meliputi:
a. Pengembangan segi kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir.
b. Pengembangan segi afektif antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif.
c. Pengembangan segi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas verbal meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu tersebut tinggal juga dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kreativitas verbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar